Abis ngeliatin si Dewi, sekarang ganti ngeliatin bu Tutik. Sebenarnya guru yang satu ini cantik, tapi galak. Badannya sexy abis, dan tercium wangi rambutnya saat doi melintas dekat gue. Sayang gue gak seumuran dengan bu Tutik, kalo seumuran, mungkin gue udah ngelamar bu Tutik buat dijadikan isteri.
Lagi asik memandang bu Tutik, terdengar sebuah bentakan bu Tutik
"Ngapain liat-liat Lang! Ayo angkat sebelah kaki!"
Waduh...
***
Seorang gadis cantik berseragam putih-abu sedang duduk sendiri di bawah pohon yang rindang. Kayaknya gue kenal sama gadis itu, itu kan Rani, adik kelas gue. Samperin ah...
"Hai Rani! koq di bawah pohon sih, bukannya manjat" sapa gue sok akrab.
Gadis bernama Rani sempat mendelik marah, tapi kemudian dia tersenyum, saat dia tau, bahwa yang menyapa adalah kakak kelasnya yang sangat tampan dan terkenal pintar di sekolah (sorry ya, gak usah protes, suka2 penulis...kapan lagi bisa narsis kalo gak di event fiksi).
"Lagi nunggu angkot kak Elang, Rani mau pulang"
"Kakak antar ya, mau kan?" gue mulai ngerayu
"Kalo gak ngerepotin sih"
"Ya enggak lah, ayo naik!" ucap gue sambil memberikan helm pada Rani.
Sepeda motor pun melaju di jalanan, menuju rumah Rani.
"Makan dulu yuk!" ucap gue setengah berteriak di jalanan yang ramai.
"Apa?" tanya Rani
"Kita makan dulu, abis itu baru pulang"
"Oke"
Motor gue hentikan di samping RS Charitas Palembang, kami mampir di pempek Candy.