Dua hari ini, publik Nasional sedang diramaikan oleh isu Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang ditolak masuk Amerika Serikat tanpa alasan yang jelas. Hal ini diketahui dari berbagai pemberitaan media cetak maupun media online nasional. Hal ini jelas adalah sebuah pelecehan terhadap Negara Republik Indonesia. Bagaimana tidak, Gatot Nurmantyo yang seorang Panglima Tentara Nasional Indonesia seolah tidak memiliki harga di mata dunia, dalam hal ini Amerika Serikat tentunya.
Gatot Nurmantyo memang dikenal sebagai sosok pemberani dalam berucap juga bertindak, kita bisa mengambil contoh mengenai kasus belakangan terjadi yang Gatot memposisikan diri menjadi front man dalam menghadapinya. Bisa disebut, ketika umat Islam Indonesia merasa sedang teraniaya dan terfitnah oleh berbagai pihak, Gatot yang dikenal dekat dengan ulama pun menjadi orang terdepan yang membela umat Islam Indonesia.Â
Juga saat peringatan G30S PKI, Gatot sebagai Panglima TNI dengan berani menyerukan film G30SPKI wajib menjadi tontonan tentara yang Ia pimpin. Alasannya jelas, membangun jiwa patriotik, nasionalisme para tentara dengan belajar dari peristiwa sejarah yang pernah terjadi. Gatot, Islamisme, Patriotik, Pancasila dan Nasionalisme seolah melebur menjadi satu buih.
Nilai-nilai tersebut pun meresap dalam Partai Golkar sebagai sebuah partai yang telah 53 tahun mengarungi kehidupan politik Bangsa Indonesia. Golkar dekat dengan Islamisme, konsisten membela Pancasila, ada pada jalur yang memperkuat Nasionalisme dalam pengkaderan politiknya dan jelas mengedepankan jiwa Patriotik sebagai simbol bahwa kader Golkar terdepan dalam mempertahankan NKRI dari gangguan ideologi trans nasional, radikalisme maupun anarkisme yang mengancam kedaulatan bangsa.
Maka tak heran, Gatot Nurmantyo dianggap cocok untuk maju menjadi Capres atau Cawapres pada 2019 nanti. Berbicara tentang pencalonan Presiden 2019, Golkar menangkap sinyal bahwa figure Gatot ada dalam radar kecocokan tipikal dan karakter yang akan diusung. Hal ini bagaikan burung bertemu sangkar di alam raya nan luas ini. Jika terjadi, Golkar sebagai sangkar telah berhasil ditempati burung elang yang bermata tajam dan menjadi raja udara dalam kepakan sayapnya.
Hal ini juga dipertegas oleh Bobby Rizaldi sebagai Wasekjen Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar, menurutnya, "Sekiranya Pak Gatot Nurmantyo tertarik masuk politik praktis, politik elektoral, politik untuk dipilih, setelah pensiun Partai Golkar siap memfasilitasi hal tersebut."
Ditambah lagi pada 19 Mei 2017 lalu ketika Gatot hadir dan mengisi materi tentang "Menjaga Keutuhan Bangsa" pada Rapimnas Golkar, di Balikpapan, Kalimantan Timur, Gatot mendapat sambutan meriah dan riuh redam dari peserta Rapimnas yang hadir. Bahkan teriakan, Gatot Cawapres 2019 menggema di ruangan tempat Gatot berdiri di atas podium. Apakah sambutan Gatot di Rapimnas Golkar menjadi sebuah pertanda tentang arah 2019 kelak? Ataukah Gatot benar sudah bertemu jodohnya dan siap dipinang Golkar pada Pilpres 2019? Kita nantikan, bagaimana waktu membuktikan kala sang elang bertengger di pucuk beringin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H