Mohon tunggu...
Elang Bakhrudin
Elang Bakhrudin Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and Observer of Community Problems

Likes to share knowledge and experience for community enlightenment

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak Mulai Pacaran ? Ini yang Perlu Orangtua Perhatikan

8 November 2022   06:00 Diperbarui: 8 November 2022   07:22 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang dikhawatirkan orang tua saat anaknya mulai pacaran adalah hal yang wajar  sebagai bentuk tanggungjawab dan kehati-hatian.  Mereka khawatir anaknya terjerumus pada salah pergaulan sehingga bisa merusak masa depannya. Sikap seperti apa yang mesti orang tua lakukan?

Soal pacaran adalah satu dari sekian kekhawatiran orang tua pada anaknya, hal lain masih banyak yang juga ikut menghawatirkan bahkan memperihatinkan bagi orang tua. Dalam perpektif al-Quran telah dijelaskan bahwa posisi anak  kepada orang tua ada empat, pertama anak bagi orang tua adalah  zinatun, yaitu perhiasan (18:46). Berumah tangga tanpa anak tentu akan kesepian. 

Kehadiran anak merupakan yang didambakan oleh setiap pasangan suami istri. Usia anak sebagai hiasan biasanya sangat terlihat disaat balita sampai dua tahun masa susuan, demikian senang orang  tua merawatnya dan memenuhi segala kebutuhannya dan kebanggaan untuk dibawa saat ada acara-acara keluarga.

Kedua, anak sebagai  Fitnatun, yaitu cobaan atau ujian. Memasuki dunia sekolah anak mulai bergaul dan memiliki teman-teman sebayanya dan mulai banyak perkembangan dari kecerdasan dan tingkahnya sehingga bisa saja ditemukan kelakuan-kelakuan anak yang menjengkelkan orang tuanya karena mulai bandel dan lebih menuruti temannya dari omongan orang tuanya, tidak jarang orang tua berteriak-teriak depan umum untuk memarahi anaknya karena kebandelannya. Disaat ini keduduakan anak mulai bergeser dari sebelumnya sebagai zinatun (hiasan) menjadi fitnatun (cobaan).

Ketiga, anak sebagai 'aduwwun, yaitu "musuh". Jika orang tua gagal menanamkan nilai-nilai religi dan moral di usia dini maka  bisa jadi si anak tidak saja membuat cobaan bagi orang tuanya namun ada yang seperti musuh bagi orang tuanya. Hal ini banyak terjadi antara anak dan orang tua bermusuhan. Apa yang perlu disikapi orang tua ketika menjumpai keadaan seperti ini?, al-Quran memberikan saran sebagaimana firaman-Nya, "hai orang-orang yang beriman sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (64:14).

Keempat, anak sebagai Qurratu a'yun, yaitu penyenang hati penyejuk mata. Tentu ini adalah kondisi yang sangat diharapkan, kehadiran anak bagi keluarga menjadi penyenang hati bagi orang tuanya. 

Untuk bisa sampai seperti ini orang tua mesti berikhtiar baik sebelum punya anak atau sesudah anak lahir. Pendidikan bagi anak sudah bisa dimulai saat masih berada dalam kandungan, hubungan ibu dan anak dalam kandungan sangat erat sekali dan mempengaruhi perkembangan janin tidak saja urusan fisik namun juga urusan psikologis. 

Usia kandungan 4 bulan anak dalam kandungan sudah hidup dan menerima serta merekam apa yang orang tuanya lakukan. Maka orang tua yang menginginkan anaknya soleh atau  soleha biasakan hal-hal yang baik, tindakan maupun ucapan akan berpengaruh bagi si claon bayi. Ibadah, berdoa membaca al-quran, dan bersodaqoh  bisa menjadi ikhtiar bagi si ibu dan bapak untuk mendapatkan anak yang qurratu a'yun. 

Doa yang diajarkan dalam Islam adalah "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami,dan jadikalah kami imam bagi orang-orang bertaqwa" (25:74).

Ketika memiliki anak seperti ini, yaitu anak yang soleh dan soleha yang berbakti pada orang tua maka orang tua tidak memiliki  kekhawatiran sebagaimana orang tua pada umumnya, termasuk soal jodoh bagi si anak, karena pasti yang baik akan bertemu yang baik (24:26). Soal memiliki rasa kekhawatiran orang tua atas anaknya sebenarnya adalah hal yang dianjurkan sebagai rasa tanggungjawab dan kepedulian, namun sertakan sikap Taqwa dan Ucapan baik agar tetap terbimbing dalam mengatasi berbagai kekhawatiran terhadap anak. "Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatiri kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah hendaklah mengucapkan perkataan yang benar" (QS.4:9).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun