Mohon tunggu...
Kirana Kejora
Kirana Kejora Mohon Tunggu... -

just independent writer, ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Endorsemen Novel Air Mata Terakhir Bunda

2 November 2011   09:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:09 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Buku biasa ini persembahan untuk seseorang yang sangat luar biasa, istimewa “IBU“ tidak pernah menangis di depan kami, kalaupun ingin menangis, ibu hanya menggigit bibirnya kuat-kuat hingga berdarah, agar tangisnya tak terdengar oleh kami, anak-anak yang selalu dikuatkannya dengan kata-kata….jangan pernah menjual kesedihan dan tangismu hanya untuk masa depan, karena masa depan adalah rancangan, kehidupan adalah sekarang, hadapi!”

Endorsemen Air Mata Terakhir Bunda :

  1. Membaca novel Air Mata Terakhir Bunda dengan perasaan yang penuh, akan melahirkan sebuah cerita tersendiri, karena kita akan hanyut seolah diri kita ada di dalam alurnya. Kirana Kejora (Key) yang kukenal memang pintar mengolah kata menjadi bermakna. Kekayaan hikmah pun terasa kental dengan novel ini. Deskripsi yang digambarkan dalam Air Mata Terakhir Bunda, memang masih tajam terpatri dari ingatan kita, bahkan masih dapat kita saksikan sampai detik ini, ya lumpur Lapindo. Setting ini jelas diperlihatkan oleh mba Key dalam rangkaian ruh ceritanya. Membaca novel ini memang dahsyat..! Sebagai orang yang berkecimpung di dunia Perpustakaan, Novel Key ini akan memperkaya khasanah koleksi Perpustakaan di Indonesia. Terima kasih, salutdan tetap berkarya..!! (Agus Sutoyo - Kepala Humas Perpustakaan Nasional RI)
  2. Setelah berpuluh tahun terkesan dengan novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.. Baru kali ini saya membaca sebuah cerita tentang perjalanan hidup yang detail dari seorang anak korban lumpur Lapindo.Kisah anak merindukan kehadiran Bapak mungkin sudah jamak. Tapi ternyata perjuangan hidup Ibunya untuk  mempertahankan hidup mereka di sebuah situasi absurd membuat Delta perlahan menDewikan sang Ibu.. Indah.. Itu yang saya rasakan (Bambang Elf – Head of Production Development Unit Trans7)

3.Novel AIR MATA TERAKHIR BUNDA sangat keibuan, bersahaja, memberikan energi besar, seperti penulisnya. Siapapun yang membacanya, pasti akan tertegun dibuatnya. Ada kekuatan besar di dalamnya yang bikin air mata pantang keluar (Cornelia Agatha – Artis, Pecinta Sastra) 4.Saya sudah membaca Elang,Bintang Anak Tuhan,Querido. Ada napas yg sama dg Air Mata Terakhir Bunda ini,yakni pesan kehidupan yg disampaikan lewat dialog-dialog para tokoh.Melalui dialog & kalimat langsung,bukan sekadar deskripsi & narasi,kita jadi mudah memahami isi pikiran para tokoh.Bencana lumpur Lapindo mmg telah selesai & tak bisa lagi ditangisi. Ia sudah menjadi sejarah,masa lalu,dari masa lalulah kita belajar utk memotivasi diri, menata kembali kehidupan ini.(Mayong Suryolaksono - Jurnalis, Pengamat Sosial)

  1. Membaca novel ini kembali mengingatkan saya pada pedihnya tragedi luapan lumpur yang terjadi di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Namun novel ini bukan bersedih melainkan bagaimana bisa tetap optimis menyapa masa depan. Perjuangan orang kecil yang menuliskan pelajaran besar yakni tak mudah menyerah dan tetap ingat siapa dirinya saat sudah 'terbang'. (Ratna Dumila – News Anchor TV One)
  2. Membaca novel AIR MATA TERAKHIR BUNDA, seperti membawa kita ke emosi jiwa yang terdalam...luar biasa! (Rudi Soedjarwo – Sutradara)

7.Kirana Kejora tak lagi sekadar lihai meliuk-liukan kata dalam novel AMTB ini, tapi ia juga makin pandai memainkan perasaan pembacanya. Sebagai seorang novelis, Key, si Elang lincah ini, begitu saya biasa menyapanya, memang produktif dalam menulis novel. Tak pelak dari ketekunannya menulis ini, ia bisa membelah kesunyian langit sastra kita. (Remy Soetansyah – Wartawan Musik, Pencipta Lagu, Penyair) 8.Kedatangan Delta ke desanya, memilin perasaannya karena musibah lumpur telah mengubah sejarah menjadi kenangan belaka.Makam ibunya telah tiada.Wanita yang dengan kesederhanaannya mampu berjuang tanpa kata, tanpa batas, unutk seorang anak yang harus diantarnya ke gerbang perbaikan kualitas hidup. Keperkasaan wanita itulah yang membuatnya menjadi ratu di singgasana hati sang anak. Perjuangan wanita memang tak ada habisnya untuk dikupas, seperti yang dipersembahkan oleh Key di AMTB (Swan Awanti, Cerpenis, Penyair, Pimred Majalah Sehat Plus) 9.Lumpur Lapindo latar belakang AMTB. Ada kelembutan, ketulusan, kejujuran. Sangat Menarik! Teruslah berkarya Key.Sukses (Widyawati, Artis) 10.Sederas lumpur yang terus meluap lebih lima tahun lalu di Porong Sidoarjo. Sederas itu pula sisa-sisa duka masih melingkupinya. Kirana Kejora dengan piawai merangkai penggalan kisah pedih itu, menjadi narasi yang mengalir, menyentuh rasa kemanusiaan siapapun yang membacanya. Lumpur Lapindo, mungkin potret tragedi nasional yang lahir karena kecerobohan dan keserakahan. (Zay Lawanglangit - Ketua Komunitas Sastra Reboan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun