Penglihatan Kita Sangat Berharga: Sebuah Petuah Penderita Katarak

"Apakah ada yang mau berbagi tentang pengalamannya punya penyakit katarak? Bagaimana rasanya? Lalu, setelah operasi bagaimana perubahannya?" Kalimat itu saya tanyakan kepada pengunjung poliklinik rumah sakit tempat saya bekerja. Saat itu sedang diadakan penyuluhan tentang katarak disana tepat di momen Cataract Awareness Month yang jatuh di bulan Juni.

Katarak masih menjadi penyebab utama kebutaan di dunia dan di Indonesia. Meskipun begitu, operasi pada pasien katarak merupakan prosedur bedah mata yang paling umum dan relatif aman. Umumnya, komplikasi jarang terjadi dan bisa diminimalisasi dengan melakukan pemeriksaan rutin baik sebelum maupun sesudah operasi. 

Namun, yang menjadi masalah, di Indonesia masih banyak yang tidak tahu bahwa dirinya menderita katarak dan tidak tahu bahwa katarak bisa disembuhkan. Di beberapa wilayah bahkan angka tersebut hampir mencapai 50%. Angka tersebut dapat menjelaskan mengapa tidak jarang tenaga kesehatan menemukan pasien yang datang ke fasilitas kesehatan dengan penurunan penglihatan yang sudah parah. Bagaimana ia beraktivitas? 

Bagaimana ia bekerja? Bagaimana ia mengemudi? Semua aktivitas tentu menjadi berisiko dan membahayakan mengingat jarak penglihatan pasien yang minimal. Selain itu, keterlambatan dalam deteksi serta perawatan pada pasien katarak bisa saja berpengaruh pada prognosis penglihatan pasien dan bisa menyebabkan kebutaan total.

Seorang ibu kemudian berani menunjuk tangan dan berbagi pengalamannya dengan pengunjung lain. "Saat punya katarak, mata saya buram. Alhamdulillah, setelah di operasi penglihatan menjadi terang." "Penyembuhannya pun sebentar. Kebetulan saya juga masih bekerja sedikit-sedikit, jadi terbantu sekali memiliki penglihatan yang jelas. Jadi, semangat, jangan lupa periksa, penglihatan kita sangat berharga," tutupnya.