Mohon tunggu...
El Alsha
El Alsha Mohon Tunggu... Dokter - Medical doctor

A Medical doctor who loves to learn and share

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lika-Liku Dokter: Bertemu Pasien Pertama

3 September 2022   17:22 Diperbarui: 3 September 2022   17:36 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar kedokteran merupakan salah satu pengalaman luar biasa yang seru sekaligus penuh tantangan. Ilmu yang luas, skill yang terampil, kemampuan komunikasi, empati, dan lainnya, semuanya harus dipahami dan diterapkan dalam suatu pertemuan dengan pasien sehingga menghasilkan keputusan klinis yang berpengaruh kepada tatalaksana pasien. Sungguh perjalanan panjang dan tidak mudah untuk mempelajari dan menguasai semuanya.

Ada kejadian berkesan yang saya alami pada praktik klinik. Setelah belajar teori dengan mendalam di 3,5 tahun pertama, tahap berikutnya adalah tahap praktik klinik atau dikenal dengan co-ass. Saat itu saya diberikan tugas untuk memeriksa pasien secara lengkap dan dilakukan pemeriksaan follow up selama seminggu penuh. Karena ruang rawatnya banyak, saya dan teman sekelompok berbagi ruang rawat agar semua pasien tercakupi.

Salah satu pasien saya ialah seorang perempuan usia 17 tahun, yaitu A, yang datang dengan kaki bengkak. Saat saya melakukan pemeriksaan, pasien dalam keadaan lemas, demam tinggi, dan sesak. 

Saya melakukan anamnesis pasien tersebut secara perlahan. Informasi riwayat pasien juga didapatkan dari ibu pasien yang menunggui pasien. Ibu pasien banyak bercerita tentang pasien yang saat ini sedang aktif bekerja tetapi harus masuk ke rumah sakit dan tentang bagaimana sang ibu yang harus cuti bekerja karena harus menunggui anaknya. 

Saya cukup lama melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Setelahnya, saya menyarankan kepada kakak perawat untuk memberikan obat anti demam.

Esoknya, saat saya hendak melakukan pemeriksaan follow up, saya menyadari tidak ada pasien A di ruang rawat tersebut. Ternyata pasien tersebut dipindah ke ruangan lain karena disesuaikan dengan kelas BPJS. 

Akhirnya, saya melakukan pemeriksaan kepada pasien-pasien lain di ruangan tersebut terlebih dahulu dan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan kepada A sebagai yang terakhir. Karena itu adalah minggu pertama saya dan pertama kalinya memegang pasien sendiri, saya membutuhkan waktu yang lama untuk periksa dan menulis status. Alhasil walaupun sudah mulai sejak pagi keliling pasien, baru sore hari saya selesai dan sempat mencari pasien A yang pindah ruang rawat.

Saat saya kesana, ibu pasien langsung menyambut saya sambil bangkit dari duduknya dan tersenyum serta mengatakan, "dokter kemana saja kok baru periksa anak saya? sudah saya tunggu dari pagi!" 

Setelah menjelaskan alasan saya, ibu lanjut berkata "iya kemarin setelah diperiksa oleh dokter, A jadi enakan, tuh sekarang sudah ngga demam, udah ngga sesak, udah bisa banyak ngobrol juga sekarang". Saya langsung tertegun dan menyesal karena membuat pasien menunggu lama. Sang pasien pun menambahkan dengan senyumannya dan seraya berkata, "iya dok sudah saya tungguin."

Begitu besarnya kepercayaan pasien kepada dokter dan hal tersebut nyata adanya. Padahal saat itu, peran saya hanyalah peran "tambahan" dimana dokter spesialis, dokter residen, dan perawat selalu visite dan mengawasi keadaan mereka. Oleh karenanya, kita sebagai tenaga medis harus memupuk, menjaga, dan tidak menjatuhkan kepercayaan yang sudah diberikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun