[caption caption="https://iqbal1.files.wordpress.com"][/caption]Kenapa pada abad 19-20 bahkan sebelumnya orang Yunani pandai, dari buku Nietzsche menjelaskan karena orang Yunani kritis terhadap buku yang mereka baca.
Didalam buku Akulah Iblis Anda Siapa, iblis disebut sang aziz atau sang guru namun tidak mau menyembah Adam ? Karena cinta iblis terhadap Tuhannya bukan semata cinta buta. Namun kritis terhadap cintanya.
Kenapa nabi Ibrahim mencari agama, bahkan menyembah apa saja hingga menggunakan logika patung besar menghancurkan patung kecil, karena Ibrahim kritis dalam hal beragama.
Kenapa ketika hendak mati, malaikatlah yang kritis dan menanyakan siapa Tuhan dan  sebagainya, karena disitulah letak akhir daya kritis kita.
Bukan itu semua maksud saya, melainkan mengenal diri adalah hal yang harus sebelum mengenal agama, cinta, dan buku/ilmu pengetahuan karena jika belum maka kita akan diperkosa oleh pemikiran para Ulama, Pujangga, dan Pemikir lainnya. Seperti hal yang saya rasakan, bimbang bahkan tidak mengenal siapa saya an kemana arah pikir saya.
Terkadang saya menanyakan kemana semua kemampuan seni saya yang sering melukis, menulis dan kreatif terhadap alam sekitar ?
Entah saya menjadi dewasa, ataupun hal lainnya, namun saya sadari karena saya telah merasa saya bukan diri saya lagi, melainkan terkadang saya menjadi buku, terkadang menjadi agama, terkadang menjadi cinta dengan buta
Ah... apa kita mesti kritis dalam segala hal, terserah anda ! Karena saya dan anda berbeda, hanya karena saya sedikit berbagi pengalaman.
Kalau bermanfaat untuk dikaji lebih lanjut syukur, kalau mudhorat maka lupakan. Karena menjadi orang lain itu akan memberikan kehampaan hidup didalam diri kita. Jadilah diri kita sendiri, kritis terhadap apapun, bukan mentah-mentah menelan racun. Banyak orang berjubah putih namun kita belum tahu maksud hati dan ilmunya.
Â