Mohon tunggu...
elafaNURIStiya
elafaNURIStiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa_Hobi Random

(Kiki@rt) Don't to be great to be creative, art is fun. Let's is flow to guide your talent's. Wokke😑🗿

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Es Sarang Burung yang Bervariasi di Stadion Lumajang

14 Desember 2022   22:39 Diperbarui: 14 Desember 2022   22:41 2035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencoba Es sarang burung buatan Ali

Es merupakan jenis minuman yang menempati posisi terpopuler di dunia kuliner. Minuman dingin ini pun sekarang sudah bervariasi, baik dengan campuran buah ataupun rasanya. Para pedagang juga mulai memikirkan inovasi baru agar minuman yang mereka jual dapat menjadi pendamping berbagai makanan. Persaingan antar pedagang semakin ketat untuk berlomba-lomba menarik perhatian pelanggan. 3 komponen penting yang dapat membuat pembeli melirik dagangan mereka adalah nama yang unik, rasa yang tidak mengecewakan, tampilan yang menarik, dan harga yang terjangkau. Hal ini seolah mengharuskan pedagang memikirkan ide kreatif untuk mengungguli pesaing yang lain. Hingga munculah istilah es sarang burung yang mulai beredar di berbagai wilayah.

Awalnya, es sarang burung merupakan minuman khas dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Minuman yang terbuat dari sarang burung walet ini kemudian diganti dengan agar-agar yang dijadikan bahan utama sebagai pengganti sarang burung walet yang semakin mahal. Kini, nama es sarang burung sudah mulai populer di daerah luar Lombok.

Isi dan campuran minuman ini tergantung penjual, yang terpenting adalah bahan utamanya tidak dihilangkan. Ada yang dicampur buah nangka, rumput laut, mutiara, bola semangka, dan lain-lain. Perbedaan inilah yang membuat minuman ini banyak digemari karena ingin mencicipi satu persatu es yang dijual oleh pedagangnya. 

Tak terkecuali Ali, laki-laki asal Lumajang kota ini juga menjual es sarang burung yang berlokasi di depan stadion Lumajang. Es sarang burungnya dibandrol dengan harga 4 ribu rupiah per mangkok. Dari penjualan minuman ini, Ali dapat mencapai omzet sebesar 100-500 ribu rupiah perhari. Ia mengaku telah menjual es sarang burung di daerah Jalan Gajah Mada ini sekitar 11 tahun lamanya.

Alasan menjadi penjual es hanya untuk menjalankan amanah dari temannya.

"Usaha ini bukan milik saya pribadi. Saya hanya menggantikan teman saya yang pindah ke Lamongan. Saya hanya meneruskan usahanya saja," ujarnya sambil membuat es.

Selain harga yang relatif murah, salah satu strategi marketing yang ia gunakan adalah bekerja sama dengan Pak Kirun yang menjual bakso sayur di samping kiosnya. Keduanya mengatakan akan sama-sama diuntungkan dengan kondisi tersebut. Pelanggan dapat membeli bakso sekaligus memesan es sarang burungnya sebagai pelengkap hidangan, begitupun sebaliknya. Hingga akhirnya keduanya pun tidak merasa dirugikan satu sama lain atas persaingan dagang yang kian terjadi diantara pedagang lainnya.

Ditulis oleh Ela Fanuristiya, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Salam komunikasi!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun