Sudah menjadi rutinitas di Aliyah, ketika liburan semester tiba, sebagian guru-guru mengadakan ziaroh ke makam orang-orang sholeh plus silaturahmi. Acara ini bukan program madrasah, tapi inisiatif dari sebagian guru sendiri. Rutinitas ini sudah berjalan dua tahun belakangan ini. Dan kali ini giliran Madura. Sebenarnya rencana ziaroh Madura ini sudah digulirkan pada liburan akhir tahun pelajaran kemarin. Namun karena bersamaan dengan akreditasi madrasah, terpaksa ditunda. Dan alhamdulillah bisa terlaksana pada liburan semester ganjil ini, tepatnya 25-26 Desember 2011. Pada ziaroh-ziaroh sebelumnya, biasanya hanya satu sampai dua mobil. Tapi ziaroh kali ini satu bis mini dengan jumlah peserta 27 orang. Tahu kenapa? Kerena selain ziaroh, juga akan silaturrahmi ke “wali muda” di Sumenep. (Mohon maaf tidak sanggup melanjutkan…). 06.00 AM
Rombongan berkumpul di makam Mbah Thohir Bungkuk. Karena sebelum berangkat, kita ziaroh ke Mbah Thohir sekalian "pamitan". Mbah Thohir adalah wali Allah. kewaliannya tidak diragukan lagi. Beliaulah yang membabat alas di Singosari, yang dulunya merupakan kerajaan. Beliau adalah guru dari banyak ulama' di tanah Jawa ini. Tepat jam 07.00, rombongan berangkat menuju Ampel Surabaya. Pak Iklil Fuad memimpin doa safar. Bismillah… 09.00 AM
Rombongan sampai di Surabaya. Cuaca waktu itu mencapai 50 derajat (mudah-mudahan benar. Maklum guru IT bukan Geografi. Hehe). Awalnya yang pakai jaket karena bisnya ber-AC, seperti saya, akhirnya dilepas juga. Kita langsung menuju ke makam Raden Rahmatulloh Sunan Ampel. Dikarenakan ramai dengan para peziaroh dari berbagai daerah, maka rombongan berpencar mencari jalan trobosan sendiri-sendiri. Sampai-sampai kita tidak bisa masuk ke area makam. Kita terpaksa membaca tahlil di bagian luar sebelah barat makam. Setelah pembacaan tahlil kita langsung kembali ke bis. Ada kejadian lucu ketika kita kembali dari makam. Ceritanya, di area masjid tepatnya sebelah selatan tempat wudlu yang merupakan jalur utama lalu lalang para peziarah. Ada petugas yang tidak henti-hentinya mengingatkan para pezirah untuk berhati-hati dengan barang bawaannya. Dia menggunakan pengeras suara, sehingga didengar jelas oleh orang-orang yang melewati jalan itu. "perhatian...perhatian..bapak dan ibu harap berhati-hati dengan barang bawaannya. Terutama barang berharga. Karena banyak copet yang berkeliaran yang menyamar sebagai peziarah". Demikian bunyi peringatan itu. Lha, tiba-tiba pak Slamet Sudarmaji menimpali "Ibu-ibu yang bawa suami, atau suami yang bawa istri jangan sampai dilepas. Digandeng terus biar tidak hilang". Ujarnya dengan diiringi canda tawa. Ternyata ucapan itu didengar petugas tadi. Sepertinya si petugas tidak suka dengan guyonan pak Slamet. Dia merasa diremehkan. Sehingga dia berucap dengan nada meninggi "Ojo' clometan mas, cek slamet" (Jangan gurau mas, biar selamat). Seketika itu diam. Tapi tidak lama kemudian, pak Slamet menanggapi dengan suara lirih"Lho, saya khan sudah slamet" maksudnya namanya Slamet. Kontan semua rombongan tertawa. Tepat jam 11.00 rombongan menuju Bangkalan ke makam Syaikhona Kholil. (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya