Surabaya - Angkringan Mbah Cokro, salah satu angkringan menarik ala kemerdekaan yang berlokasi di jalan Prapen No. 22 Surabaya, berkonsep seoalah terbawa pada tempo jaman dahulu. Desain rumah bambu lengkap dengan sejumlah properti seperti sepeda tua, piringan hitam, mesin ketik jadul dan mesin jahit kuno menambah kental nuansa tahun 1945. angkringan yang sudah berdiri sejak tahun 2014 silam masih tetap beroperasi dari pagi hari hingga jam 10 malam.
Tidak hanya suasana saja, aneka sajian makanan dan minuman tempo dulu lengkap disajikan khas dengan piringan kaleng jadul. Harga yang dipatok sangat terjangkau atau dapat dikatakan ramah dikantong yakni berkisar mulai dari Rp 1.500,- hingga Rp 9.000,- saja sudah dapat menjajakan beraneka ragam hidangan mulai dari sate-satean, gorengan , nasi, maupun aneka minuman kopi dan sebagainya yang mana akan mampu  memanjakan lidah para pengunjung Angkringan Mbah Cokro.
Angkringan mbah cokro seringkali menjadi tempat diskusi edukasi antar komunitas jurnalis maupun perkumpulan para pemuda hingga para seniman dari beberapa kota. Sisi unik lainnya didalam angkringan mbah cokro terdapat panggung pagelaran yang mana tiap minggunya digelar pertunjukan musik tradisional seperti ludruk dan sebagainya. Hanya saja saat pandemi seperti ini sementara pagelaran terpaksa berhenti dan jam tutup operasional angkringan menyesuaikan protokol yang berlaku. "Pemiliknya sendiri memiliki jiwa seni yang kuat dan nama Mbah Cokro ini diambil karena terinspirasi oleh sosok Pahlawan Oemar Said Tjokroaminoto" tutur Doni selaku karyawan Angkringan Mbah Cokro. (10/03/21)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H