Mohon tunggu...
Ela RatihPratiwi
Ela RatihPratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melindungi dan Melestarikan Warisan Budaya Tak Benda: "Kesenian Reog Ponorogo"

7 Juni 2022   07:00 Diperbarui: 7 Juni 2022   07:09 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai generasi muda, tentunya kita harus meneruskan dan mengembangkan warisan-warisan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, khususnya warisan budaya daerah yang sebagian keberadaannya perlu perhatian penuh oleh masyarakat setempat. Tak terkecuali dengan warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh Kota Ponorogo ini, yaitu kesenian Reog Ponorogo. Baru-baru ini menjadi perhatian yang serius mengenai mengapa kita sebagai masyarakat Ponorogo harus melestarikan dan menjaga warisan budaya tak benda tersebut? Ya, karena reog ponorogo merupakan warisan budaya tak benda yang secara turun temurun berasal dari nenek moyang yang harus kita jaga dan kita lindungi agar tetap berkembang mengikuti perkembangan zaman.

Reog Ponorogo merupakan sebuah kesenian khas daerah Ponorogo yang kemunculannya sudah berabad-abad tahun lamanya sampai saat ini terkenal hingga ke mancanegara bahkan sudah mendunia. Kesenian reog Ponorogo ini adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistis dan ilmu kebatinan yang sangat kuat. Dalam pertunjukannya, kesenian ini dihiasi oleh sesosok warok dan gemblak. Reog sebagai ikon khas Kota Ponorogo ini sudah mendunia karena keunikannya, dimana terkenal dengan dada merak atau topeng besar yang berkepala harimau serta bulu merak yang menghiasi kepala harimau tersebut. Selain itu, terkenalnya kesenian reog ponorogo ini juga karena adanya masyarakat Ponorogo yang merantau di beberapa kota diluar Ponorogo atau di luar negeri, dimana mereka membentuk sebuah komunitas reog Ponorogo. Maka masyarakat Ponorogo tentunya harus melestarikan kesenian reog ini demi kelangsungan sejarahnya agar tidak mudah diklaim oleh bangsa lain.

Membahas tentang kesenian Reog Ponorogo, baru-baru ini banyak yang membicarakan terkait dengan Kesenian Reog Ponorogo, dimana terdapat isu bahwa ada sebuah negara yang ingin mengklaim kesenian reog ponorogo ini sebagai warisan budayanya kepada UNESCO. Negara yang ingin mengklaim kesenian reog ini yaitu Malaysia. Bukan hanya sekali, ternyata keinginan Malaysia untuk mengklaim kesenian reog sebagai budaya warisannya sudah pernah terjadi ditahun 2007. Isu pengklaiman budaya tersebut mengakibatkan pemerintah Indonesia mengambil sikap untuk menyelamatkan kekayaan budaya Indonesia dengan mulai melakuan pendataan semua kekayaan budaya yang ada di Indonesia, baik berbentuk seni, adat istiadat, maupun permainan tradisional. Selanjutnya, jika dilihat dari sejarah kesenian reog Ponorogo sendiri, jelas nyata bahwa reog adalah hasil warisan budaya Indonesia yang berasal dari kota Ponorogo, Jawa Timur. Banyak dokumen-dokumen sejarah dan sumber-sumber tertulis berupa buku-buku untuk memperkuat keabsahan bahwa sejarah reog berasal dari Ponorogo dan merupakkan warisan milik bangsa Indonesia.

Salah satunya bahwa sejarah kesenian reog Ponorogo ini dimulai pada tahun Saka 900, dimana latar belakang dari adanya kesenian reog ini yaitu bermula Prabu Kelana Sewandana, seorang raja dari Kerajaan Bantarangin (yang sekarang dikenal sebagai kota Ponorogo) mencari calon permaisuri untuk dijadikan istrinya. Ia dalam perjalannya ditemani dengan seorang prajurit dan Bujangganong. Ternyata, Prabu Kelana Sewandana menaruh hati kepada Dewi Sanggalangit, yaitu seorang Putri dari Kerajaan Kediri. Dalam perjalanannya meminang sang putri, Prabu Kelana Sewandana dicegah oleh Raja Kediri, yaitu Raja Singabarong beserta tentaranya yang berwujud singa dan burung merak. Kemudian, terjadilah perang antara Kerajaan Bantarangin dan Kerajaan Kediri, dimana dalam peperangannya itu  melibatkan para pengawal sang Raja, yaitu  merak dan singa yang melawan warok. 

Setelah melakukan peperangan sampai berhari-hari, akhirnya kedua kubu saling berdamai dan kemudian Prabu Kelana Sewandhana  kembali meminang Dewi Sanggalangit. Perang antara singa dan merak yang melawan warok ini kemudian menjadisebuah pertunjukan seni. Maka dari situlah terciptalah kesenian  Reyog. Bentuk Reyog pun sebenarnya merupakan sebuah sindiran yang maknanya bahwa sang Raja (kepala Harimau) sudah disetir atau sangat dipengaruhi oleh permaisurinya.

Berdasarkan uraian dari sejarah reog diatas, jelas bahwa kesenian reog memang berasal dari Ponorogo dan diciptakan oleh masyarakat asli Ponorogo, kemudian berkembang dan terkenal hingga sampai manca negara. Hal ini tentu saja berkat masyarakat Ponorogo sendiri yang memperkenalkan keseniannya. Menanggapi pengklaiman kesenian reog Ponorogo atas Malaysia tersebut, pemerintah dan masyarakat Ponorogo segera melakukan tindakan yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen terkait dengan sejarah lahirnya kesenian reog tersebut dan melakukan berbagai bentuk aksi penolakan dengan menggelar orasi untuk mendesak pengakuan ICH UNESCO bahwa Reog adalah milik Indonesia dan bukan milik Malaysia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun