===SI CICU DARI DESA SEBRANG===
.
Aflianto Dwi Nugroho. Teman sekolahku yang sering gagal faham tentang sesuatu kembali menyambangiku.
Kegagal fahaman yang Parah, sangat parah, jika sampai teman satu kelasku menjulukinya si Cicu dari desa sebrang, kalau bukan saking parahnya dia gagal faham tak akan kami berikan.
.
Konon, katanya Cicu itu nama orang yang tulalit tingkat tinggi dari desa sebelah. bukan tulalit, tapi mungkin lebih mengarah ke-tidak warasan sikap (gila). Saking terkenalnya dia, hingga namanya diadopsikan menjadi sebuah julukan khusus bagi mereka-mereka orang yang sering gagal faham atau tukang ngeyel. Dan kini temankulah salah satu diantaranya yang dapatkan julukan terhormat tersebut.
.
Teringat dulu saat pelantikan Bantara . Ketika senior memberi kami tugas untuk membuktikan tentang pengamalan Dasa darma pramuka.
“Apa bunyi darma yang ke Dua” Senior mulai bertanya dengan logat jawanya.
“Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia,” kami berteriak serentak.
“E...Coba, Kakak minta contohkan bentuk cinta alam yang telah kalian berikan,” senior meminta bukti dari yang kami ucapkan.
“Laksanakan!” Penutup perintah senior tegas menghentak.
“Siap laksanakan!”kami membalas.
.
Drama komedi itu mulai terjadi, mengalir tanpa rekayasa. Disaat kami mulai berfikir mengolah kalimat jawaban, Aflianto Dwi Nugroho (Anto) tiba-tiba berlari memeluk-meluk pohon dan tanaman bunga yang ada di halaman sekolah dengan penuh hasrat, di belei-belai dedaunan layaknya uraian rambut kekasihnya. Dikecupinya batangan pohon selaksa tubuh gemulai bidadari yang turun setelah hujan deras dari atas pelangi.
.
Terperangah kami dibuatnya. Barisan rapi posisi siap sigap sedikit melentur dengan tawa. Wajah senior memerah, terpancar sinar naga yang mulai menjilat-jilat diantara teriknya matahari dan muka garang ingin segera memangsa apapun yang di dekatnya.
“Anto!” Bentak senior keras sambil berjalan cepat ke arah Si cicu Anto.
“Siap,” sambil menegapkan badan tanpa merasa bersalah Anto santai menjawab.
“Apa yang kau lakukan? Kemarahan senior makin memuncak, Merasa di permainkan oleh juniornya tangannya mulai mengepal.
“Siap, sedang menjalankan tugas, kak!” Medok, mengalir jawaban Anto penuh keseriusan dan tanpa berfikir ada yang salah didirinya.
Plakkk..
.
Bukanya mikir apa yang telah ia persembahkan untuk kelestarian alam sekitar sebagai bukti cintanya eh dia-nya malah gegas lari membelai-belai seperti pohon itu pacarnya saja disayang-sayang. Kalau bukan gagal faham apa itu namanya?..
.
Belum lagi ketika waktu jeritan malam, dia kembali meramaikan suasana, membuyarkan ketegangan yang seharusnya tak bisa tergoyahkan.
Disuruh mengikuti lilin yang sudah disiapkan sebagai rute malah bikin alternatif sendiri ngikutin nyala damar milik warga. Al-hasil dia sendiri yang terperosok kedalam 'kakus' tempat pembuangan kotoran manusia.
.
Hahahhaha siapa yang nggak ketawa saat melihat posisinya waktu itu. Terlihat berdiri berlumuran kotoran manusia dengan baunya yang has. Semuaorang repot dibuatnya.
Eitsss, berhentilah sejenak! Jika kalian fikir sosok Anto itu manusia cupu si muka unik berkaca mata tebal denagn bahasa gagap, salah besar! Faktanya dia laki-laki tampan dan sangat enejik dalam bidang akademik. Tak jarang guru pendatang yang baru mengerti lagatnya mengira dialah juara kelas di sekolahnya.Enerjikloh bukan pintar atau cerdas!
.
Itu dulu, kali ini lebih beda lagi dia, setelah lebih dari Sepuluh tahun tak pernah bertemu, bukan lagi memakai tudung dan menyangklek cangkul sepertiku pada hari-hari biasanya, dia makin cool dan bersahaja dengan pakaian rapi dan jinjingan tas berisi laptop di tangannya. Setelah menempati posisi meneger di sebuah perusahaan ternama dia jauh lebih berwibawa.
.
Tak menyangka, katanya kalau bukan karena barokah-e dungo ini tak akan terjadi.
“Gemana kali ini, apa kamu masih mengangkat tangan untuk hormat kalau pas di suruh nyanyi ‘oh Ibu dan Ayah’?”Ledekku kepadanya tentang lagu waktu kecil biasa kita nyanyikan di kelas..
“Maksudnya? “Jawabnya terasa bingung.
“Dulu, pas di syair hormati gurumu sayangi teman kamu pasti hormat tangan berdiri serius,”jelasku dengan posisimu dulu yang penuh harap dengan sikapnya akan menjadi anak yang budiman seperti yang ia nyanyikan.
“hahahahahhaha,” dan akhirnya kami rame-rame tertawa geli mengingatnya.
Dan reuni kali ini terasa jreng-lah karena di pertemukannya muka-muka aneh milik teman lama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H