14 abad silam, Rasulullah saw telah merintis perjuangan dalam menegakkan Islam dan menyebarkannya keseluruh penjuru bumi. Kota Makkah yang saat itu diselimuti kejahiliahan, bahkan merupakan penentang Islam garda terdepan, dengan perjuangan keras yang tak mengenal lelah dari Beliau saw, dan dukungan para sahabat serta seluruh lapisan masyarakat muslim, kini telah menjadi poros dan pusat Islam di seluruh dunia.
Berabad-abad kemudian, perjuangan beliau diteruskan oleh para ulama selaku pewaris beliau, salah satunya adalah generasi Sembilan Wali di Indonesia yang dikenal dengan Wali Songo. Dengan berbagai sarana, dengan menyusupkan ke dalam budaya dan tradisi yang ada saat itu dan membongkar ulang hal yang tidak sesuai dengan syariat mereka memasukkan ajaran Islam ke dalam hati masyarakat Jawa yang saat itu masih memeluk ajaran Hindu-Budha, salah satunya adalah dengan wayang, sebagaimana jejak yang dibuat oleh Sunan Kalijaga, sehingga masyarakat yang seratus persen Hindu-Budha itu, berkat kegigihan mereka menjadi hampir seratus persen muslim.
Dalam pergumulan hidup saat ini, umat Islam dituntut untuk lebih banyak mengerahkan kemampuannya dalam menjalankan misi yang dirintis oleh Rasulullah saw dan telah diwarisi oleh para ulama tersebut, dalam menyampaikan ajaran beliau meskipun itu hanya satu ayat, dalam mengatakan kebenaran meskipun itu terasa pahit. Namun, perputaran era dan budaya semakin mempersulit umat Islam untuk menampakkan jati diri mereka yang sesungguhnya. Hal ini tidak lain karena umat Islam masih tertinggal satu langkah dengan orang-orang yang bersebrangan mereka.
Saat ini umat Islam masih belum memiliki peran begitu besar dalam mewarnai kemajuan peradaban. Mereka justru menjadi umat yang selalu dipermainkan. Mereka masih belum bisa menjadi aktor. Mereka masih setia sebagai penonton. Apapun yang mereka lakukan selalu menjadi sorotan. Hal ini tidak lain karena mereka masih belum mampu menguasai satu lini yang paling memiliki peran penting, yaitu media.
Media merupakan sub terpenting dalam struktur sosial. Media memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk pola fikir masyarakat. Penggunaan media yang baik akan memberikan efek yang sangat besar. Apalagi di zaman ini, ketika orang-orang memiliki kepercayaan yang begitu besar terhadap media. Hal ini telah disadari oleh musuh-musuh Islam. Mereka tahu benar bahwa umatIslam saat ini sangatlah lemah atas bidang yang satu ini. Maka dengan penguasaan terhadap media, mereka begitu mudah menggiring opini masyarakat untuk “tidak percaya” dengan agamanya sendiri.
Kita lihat saja setiap terjadi konflik antara umat Islam dan umat lain, atau antara Ahlussunnah dan aliran lain, bisa dipastikan umat Islam atau Ahlussunnah akan selalu disalahkan. Sekalipun vonis itu tidak disampaikan dengan terang-terangan. Dan sayangnya kita tidak memiliki jaringan media yang kuat untuk memberikan perlawanan terhadap rongrongan semacam ini. Inilah tugas kita sebagai umat muslim, sebagai pewaris tunggal ajaran Nabi Muhammad e.
Bagaimanapun juga umat Islam harus bisa bersaing dengan orang-orang barat. Mereka harus bisa menguasai media, atau paling tidak mengimbangi sepak terjang orang-orang Barat yang merusak citra Islam. Mungkin hal ini akan begitu sulit. Namun sulit bukan berarti harus kita tinggalkan. Sulit tidak bisa kita jadikan sebagai alasan untuk menghentikan perjuangan membentengi Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H