Takdir berlari ke ujung Desember
Dituliskannya hari demi hari
Di wajah Januari
Aku menanam airmata sunyi
Di bulan pertama,
Aku terlahir sebagai puisi
Yang dirangkai airmata
Di kertasnya kehidupan
Kadang aku melihat Desember
Disambar petir dari lidah perayaan
Sementara diksi-diksi di balik pintu kamar
Melambaikan tangannya
Ketika malam mendadak matahari
Di jilatan apinya aku tertidur
Sedangkan kepalaku tiada henti
Memikirkan kaki nafsu yang pincang
Tak ada tatapan setajam tangisan
Di kedalaman hati penyair keringat
Sehingga pada segelas kopi tanpa aroma
Aku pun tenggelam
Â
Taufiq el Hida
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H