"Rangkat I'm in love "
Oleh : Zaa
Mungkin inilah momen yang tepat untuk aku berkunjung ke Desa Rangkat untuk menemui calon mertuaku dan bersilaturahmi dengan tetangga-tetangganya yang menurut cerita kekasihku mereka sangat ramah dan penuh cinta.Di saat orang-orang sibuk menyembelih kambing qurban, maka akupun sibuk memantapkan langkahku menuju Desa Rangkat, desa yang memiliki bukit naras dan lembah fiksi yang pesonanya telah menjeratku selama ini.
"Assalamu'alaikum..." Di depan pintu rumah calon mertuaku.
Jujur, ada ragu dan takut yang menggelayuti perasaanku.
Namun keraguan dan ketakutanku itu hilang dalam sekejap saat kulihat senyum ramah penuh cinta milik calon bunda mertuaku.
"Wa'alaikumussalam.. Nak Zaa?! Silahkan masuk Nak.." Ucap calon bunda mertuaku dengan sangat ramah, dan saat aku masuk ternyata calon ayah mertuaku sedang duduk di sofa.
"Terimakasih Bunda, maaf tidak memberi tahu dulu kalau saya akan berkunjung." Ucapku sambil mencium tangan beliau, lalu beralih kepada calon ayah mertuaku.
"Silahkan duduk Nak Zaa..." Sambut ayah mertuaku sembari membenarkan kacamata tebalnya dan menggeser posisi duduknya.
Aku lalu duduk di sofa sambil kuedarkan pandanganku mencari sosok yang kurindukan.
"Hm, di mana kekasihku itu ya, bikin kangen aja," gumamku dalam hati hingga tanpa sadar melahirkan mimik gelisah pada wajahku. Sepertinya bunda mertuaku membaca kegelisahanku. Sehingga beliau segera memanggil kekasihku yang ternyata berada di dalam kamarnya.
"El, kesini cepat!!" Teriak calon bunda mertuaku.
"Iya sebentar bunda, aku membereskan buku-buku dulu." Jawab kekasihku dari dalam kamarnya.
"Buruan El, ini ada yang datang mencari kamu!" Seru calon bunda mertuaku sambil senyum ke arahku. Aku tersipu malu.
"Siapa Bunda?!" Kembali terdengar suara kekasihku. Itu sedikit membuatku kesal karena dia tidak juga segera keluar, tetapi aku mencoba untuk tenang sebab tujuanku ke sini untuk memberinya kejutan.
"Zaa?!" Kekasihku terkejut, kutemukan binar tak percaya penuh rindu dari tatapan matanya. Ada bintang bercahaya terang di raut wajahnya.
Itu bertanda aku telah berhasil memberinya sebuah kejutan.
"Kenapa tidak bilang dulu kalau mau datang kesini Oi? Aku kan bisa menjemputmu." Tanya kekasihku masih dengan nada ketidak percayaannya, dan aku sangat puas dengan apa yang telah aku lakukan yaitu memberinya kejutan.
"Bukan kejutan namanya kalau ngasih tahu dulu." Jawabku.
"Kejutan yang indah Oi, terimakasih telah bersedia datang ke rumahku." Timpalnya dengan senyum yang khas.
"Silahkan diminum dan dicicipi kue Idul Adhanya Nak Zaa, ini bunda yang bikin loh."
Calon bunda mertuaku meletakkan minuman dan makanan di meja, dengan sigap aku membantu beliau meletakan piring yangg berisi kue ke atas meja sehingga bunda tidak terlalu lama merunduk.
"Terimakasih Bunda, jangan merepotkan." Kataku malu-malu.
Jujur aku salut kepada beliau, di sela-sela kesibukannya beliau masih bisa menyempatkan waktu untuk membuat makanan seenak ini, pantas saja banyak yang memesan masakan padanya karena ternyata memang sangat enak makanan buatan calon bunda mertuaku ini.
"Habis ini kita ke rumah calon bunda angkatmu  ya Nak Zaa, barusan Bunda sudah memberitahukan Jeng Enggar tentang kedatanganmu. Di sana akan sudah  menunggu warga Rangkat untuk menyambut kunjungan Nak Zaa ke desa ini yang disiapkan oleh Jeng Enggar." Tutur bunda.
Aku setuju meski hatiku bertanya-tanya tentang apa dan bagaimana sambutan yang bunda maksudkan, sebab pikirku aku bukan pejabat yang datang ke sebuah desa untuk memberikan bantuan atau apalah itu sehingga harus diberi sambutan.
"Sudah menjadi tradisi di Desa Rangkat ini, bila ada warga baru harus disambut dan diajak berkeliling desa untuk berkenalan dengan warga yang lain." Lanjut bunda panjang dan lebar kali tinggi seolah menjawab pertanyaan hatiku, tanpa sadar aku manggut-manggut sebagai tanda kalau aku mulai paham.
"Jangan takut Oi, banyak cinta di sini untukmu." Kekasihku meyakinkanku, dan itu membuatku sedikit tenang.
"Insya Alloh tidak yoonk." Jawabku mantap sambil tersenyum berharap kecemasan segera hilang dari raut wajahku.
Kuikuti langkah calon bunda mertuaku dengan debar yang kian menjadi. Dari jauh kulihat di beranda rumah tengah berdiri dan tersenyum ke arahku calon bunda angkatku yaitu Bunda Enggar dengan beberapa warga yang sudah menunggu. Dan itu kian membuatku gugup bukan kepalang.
"Duh Gusti kayak pejabat saja aku hari ini." Gumamku dalam hati.
Langkah kami semakin dekat, dan debaran di dadaku makin hebat kurasakan.
Tiba-tiba saja aku menjadi orang yang tidak percaya diri ketika kubayangkan diriku berada di antara mereka. Sepertinya mereka begitu penasaran kepadaku, atau mungkin mereka hanya sebatas ingin tahu saja tentangku lalu setelah itu berlalu begitu saja.
Diterimakah kehadiranku di desa ini atau bahkan tak diharapkan sama sekali? Ah. Aku kian kalut oleh pikiranku sendiri.
"Selamat datang di Desa Rangkat Dhenok Zaa..." Sambut calon bunda angkatku dengan ramah sembari memeluk dengan penuh kehangatan dan cinta.