Mohon tunggu...
hida
hida Mohon Tunggu... Penulis - writer

Art

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Rasa

26 Mei 2021   02:08 Diperbarui: 26 Mei 2021   02:13 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Biarkan rasa kita ini seperti aliran sungai, mengaliri sawah-sawah sukma dan ladang jiwa. Sehingga pada saat kita tanam cinta dan kerinduan di sini, kita tuai dengan penuh kegembiraan," katamu padaku ketika terakhir kali berbalas pesan singkat.

Beberapa tahun setelah itu hari-hari masih tampak seperti biasanya, namun hati tidak. Keterbatasan jarak dan keadaan yang tak memungkinkan untuk bersama, menjadi siksa bagi batin yang dipenuhi cinta.

Tak ada kabar dia berikan selain kerinduan tak terungkapkan oleh malam dan rasa kehilangan yang lebih sangat daripada perpisahan. Sampai pada titik di mana aku hanya merasakan kesendirian begitu luka.

"Jika kau pertanyakan perasaanku, coba lihat ke langit ketika malam penuh bintang. Sunyi tapi menenangkan, dingin tapi meneduhkan. Tak ada perasaan lain selain kegembiraan, walau sedikit menyakitkan," ujarmu masih dalam pesan singkat.

"Tetap jaga dengan rasa, tanpa menyakiti siapa," jawabku pasrah. 

Tasikmalaya, Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun