pensil yang berserakan di atas meja, di bawah kertas-kertas sketsa di antara penggaris dan penghapus yang kesakitan
aku tak segera merapikannya setelah beberapa catatan takdir aku baca dan tulis kembali di kening  hampa
hingga ketika sampai pada sebuah rupa sempurna
arsiran demi arsiran menjadi saksi puncak makrifat
sketsa-sketsa belum sempat aku selesaikan, di dalam figura di depan jendela pula
aku menyaksikan diriku mengembun di wajah lembayung
lalu hilang dalam tatapan mendung
Tasikmalaya, 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!