Mohon tunggu...
taufiqelhida
taufiqelhida Mohon Tunggu... Penulis - orang gila

Penulis Penggambar Pemula

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menggauli Lukisan

31 Desember 2019   00:09 Diperbarui: 31 Desember 2019   00:35 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hujan masih terurai seperti rambut kekasih sehabis bercinta di pagi hari ketika aku datang ke sini
seketika aku membelai memeluk lalu mencium orama senja dari tubuh Kota ini

aku senggama di bawah payung Taman yang tak bisa dikembangkan menggauli beberapa lukisan


tempat ini tak seperti biasa terlihat begitu menggairahkan bagi penyeduh sunyi sepertiku
beberapa orang berteduh, beberapa lagi merapikan panggung dan beberapa orang berjalan bergandengan tangan
ini waktu begitu romantis ketika lampu-lampu artistik menyala di bibir Syukur Waktu
kursi-kursi yang digantung pelangi menjadi aku

beberapa terompet dipajang didagangkan, warna-warni membuat Taman ini bernyanyi
bola-bola berplastik dipajang digantungkan, mengingatkan sampahnya perilaku kemanusiaan di beberapa bagian kota ini
bambu-bambu dipajang ditegakkan, menjadi pasak bumi menguatkan keteduhan tanah ini
senja perlahan pergi menelan kata-kata dan cerita dari gambar-gambar yang dipajang direkatkan, menjemput malam

tiang listrik dan pohon diikatkan kain putih semisal kafan, lampu yang tak begitu terang mulai bertatapan
beberapa polisi dan penjaga juga juru parkir lalu-lalang ketika satu-persatu angin malam mendekap bayang
di bawah pohon yang entah namanya, cahaya dari bola-bola berlampu yang dijual itu memasuki kepalaku
membuatku jatuh pada sebuah ingatan ke masa di mana air mancur pun menari dalam hati

di Taman ini lagu-lagu segera dinyanyikan, iramanya menentramkan beberapa gundah yang kekal
pada setiap lampu yang sinarnya menerangi lukisan, jiwaku tak lagi gelap
wirid-wirid yang diijazah keheningan Kota, aku dzikirkan di sepanjang jalan ini
di bilik-bilik yang bambunya matang aku menyandarkan kata-kata

malam berjalan di kedalaman benak, suara pedagang menawarkan mulai terdengar lehih sering
aku coba menyelami laut jantung kota ini ketika beberapa anak kecil berpakaian tokoh kartun
sesekali aku mencari tempat tinggal di beberapa sudut, untuk bercerita kepada gelap
langit Kota ini bersuka cita

Tasikmalaya, 28 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun