Aku memang kini mulai biasa menunggu, aku tak menyesali. Bahkan selalu menikmati. Kunyalakan radio mencari frekwensi yang ada dangdutnya lalu mendengarkan beberapa iklan yang membuatku tertawa. Tak ada yang membosankan.
Aku juga mulai terbiasa membeli makanan dari pedagang kaki tiga dan kaki lima. Membeli cilok atau batagor kadang juga cuangki. Bagiku ini mengasikan. Tak ada yang mebosankan.
Tapi kali ini, ketika menunggu di pinggir jalan Babakan Siliwangi, yang kunikmati hanya bau sampah yang dibuang sembarang. Tak ada pedagang lewat, tak ada juga gelas untuk kopi. Padahal Robusta Lampung masih ada di dasboard. Kali ini menunggu begitu menyedihkan.
el, 181219
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H