Mohon tunggu...
hida
hida Mohon Tunggu... Penulis - writer

Art

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menunggu

18 Desember 2019   20:25 Diperbarui: 18 Desember 2019   20:30 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku memang kini mulai biasa menunggu, aku tak menyesali. Bahkan selalu menikmati. Kunyalakan radio mencari frekwensi yang ada dangdutnya lalu mendengarkan beberapa iklan yang membuatku tertawa. Tak ada yang membosankan.

Aku juga mulai terbiasa membeli makanan dari pedagang kaki tiga dan kaki lima. Membeli cilok atau batagor kadang juga cuangki. Bagiku ini mengasikan. Tak ada yang mebosankan.

Tapi kali ini, ketika menunggu di pinggir jalan Babakan Siliwangi, yang kunikmati hanya bau sampah yang dibuang sembarang. Tak ada pedagang lewat, tak ada juga gelas untuk kopi. Padahal Robusta Lampung masih ada di dasboard. Kali ini menunggu begitu menyedihkan.

el, 181219

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun