Malam 17 Safar 1436 Hijriah
Aku merasa ada 17 purnama di langit padahal kala itu hujan tak henti dan listrik padam sepanjang hari. Anak pertamaku mencium aroma dunia untuk pertama kali. Dan aku memeluk darah dagingku sendiri. Seperti mimpi.
Tak ada kalimat lain selain sukur. Tak ada laku lain selain tafakur. Tuhan menyelamatkan isteriku juga anakku. Menyempurnakannya. Menghidupkannya. Dan kini, di kedua tahun usianya, Tuhan tak henti memberi kebahagiaan. Tak kusangka. Seperti mimpi.
Malam 17 Safar 1436 Hijriah
Tangisan pertamanya menggetarkan hati. Apalagi ketika aku menatap matanya lalu dia tersenyum, serasa surga di kedua tanganku. Dalam pangkuanku. Jika ada yang bertanya kebahagiaan apa yang membuatku hidup. Adalah memilikinya. Tak dapat kupercaya. Seperti mimpi.
Sungguh kelahirannya adalah kelahiran jiwaku yang baru. Kini, dia yang paling utama. Kebahagiaan. Keceriaan. Keindahan. Kehidupan. Semuanya tentang dia. Anak yang lahir di ketujuh belas Safar itu, segalanya. Tak kuingkari. Seperti mimpi.
Selasa, 07 Nop 2017 -- 17 Safar 1438H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H