Mohon tunggu...
hida
hida Mohon Tunggu... Penulis - writer

Art

Selanjutnya

Tutup

Drama

[ECR #5] Bunda, Aku Galau

8 September 2012   02:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:47 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini, tak seperti biasanya aku melihat anak lelakiku seperti sedang dalam kegelisahan yang sangat dalam. Aku terbangun untuk sholat malam, dan aku melihat El masih asyik dengan laptopnya. Alunan musik instrumental berjudul Always yang dibawakan Kenny G. Terdengar mengalun sangat pas dengan suasana sunyi malam ini. El memang lebih suka menulis di ruang tamu dibandingkan menulis di kamarnya. Lebih fresh, katanya, dan tidak gerah. Aku mendekatinya sebelum aku mengambil wudhu ke kamar mandi. “El, kamu belum tidur nak...” Dipelankannya alunan musik Kenny G. Saat aku duduk di sampingnya dan menggandeng pundaknya. “Iya,Bunda, belum ngantuk.” Jawabnya dengan datar. Terlihat di wajahnya kegelisahan yang aku tidak bisa tidak melihatnya. Tidak mungkin aku tidak tahu kejiwaan anakku sendiri. Dan aku yakin aku tidak meleset. “Kamu terlihat sangat gelisah, Nak, seperti yang sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat.” Anakku tersenyum, senyum yang menyimpan banyak kegundahan yang tak teruangkapkan. “Aku lagi galau, Bunda...” Anakku merunduk, menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Aku mengusap-ngusap pundaknya. “Mau membagi kegalauanmu dengan mama, Nak?” Tanyaku meyakinkannya bahwa dia masih punya aku untuknya berbagi dalam segala keadaan. Sejenak anakku hanya terdiam, menarik nafas sangat dalam dan mengecilkan volume musik pada laptopnya. “Aku memikirkan pernikahanku yang tinggal sebentar lagi, Bunda.” “Bunda mengerti, pasti kamu memikirkan biayanya kan?” Anakku hanya menganggukkan kepalanya. “Sayang, kamu gak usah khawatir dan jangan terlalu dipikirkan. Ayahmu pun tak akan diam dan pasti akan berusaha mencari semampunya untuk biaya pernikahanmu nanti. Tak usahlah kita membuat acara yang mahal dan pemborosan. Yang sederhana saja, sayang, khoirul umuuri ausathuhaa yang terbaik dari segalah sesuatu adalah yang pertengahan. Bukankah Alloh tidak suka akan kemubaziran. Lebih baik kita buat ngasih makan tetangga aja, syukuran alakadarnya agar rumahtanggamu kelak mendapatkan sakinah, mawaddah warohmah dan penuh berkah.” “Iya, Bunda..” Aku lihat wajahnya sedikit mencair. “Sudah, ayo tidur dulu. Nanti kalau kamu sakit malah gak bisa aktifitas apa-apa.” “Baik Bunda, terimakasih. I love U Bunda...” Anakku lalu menshutdown laptopnya setelah menyimpan file dan Forever in Love. Diapun pergi ke kamarnya setelah mencium tanganku, dan aku mengambil wudhu. Aku pikir wajar anakku galau dan gundah gulana. Karena sudah sewajarnyalah hal itu dialami oleh seorang yang hendak menghadapi pernikahan. Namun jika kegundahan itu mengenai biaya dan materi, rasanya harus diluruskan. Menikah itu memang memerlukan biaya, namun biaya itu tidak harus diada-adakan. Apalagi sampai meminjam ke sana-sini. Semampunya saja. Tidak harus mewah, sederhana saja. Yang penting berkah dan tidak memubadzirkan harta. Kemewahan hanya akan mengundang rasa ria, ingin dilihat orang. Dan itu hanya akan membuat keikhlasan menjadi hilang. Menikah dijadikan ajang untuk pamer harta dan pamer pengaruh. Pernikahan hanya dijadikan ajang untuk berbisnis, di mana akan dihitung modal untuk mengadakan acara walimahnya, dan nanti dihitung kembali amplop yang didapatkannya. Beruntung jika bisa mendapat lebih dari modal, dan merasa sangat rugi jika kurang dari modal. Sengaja mengundang orang-orang berpengaruh dengan harapan bisa mendapatkan amplop yang tebal, yang isinya ratus ribuan, bukan ribu perakkan. Secara tidak sadar, keadaan itu hanya akan menjadi mala-petaka bagi pernikahan. Sebab sudah tidak ada lagi keberkahan saat pernikahan itu dimulai. Memanggil orkes dangdut, penonton berjoged dan banyak yang mabuk. Maka dosanya semua akan kebagian. Dan itu resiko. Bahkan jika sampai terjadi pembunuhan maka yang hajatanpun akan terkena dosanya. Sebaliknya, jika acaranya diisi dengan penuh keberkahan. Pengajian dan syukuran, misalnya. Maka semua pihak akan mendapat pahala kebaikan dari pernikahannya tersebut. Maka dapat dipastikan bahwa pernikahan tersebut akan dipenuhi berkah yang berlimpah. Dan anakku mungkin sudah paham dengan hal yang demikian. Namu kekhawatiran yang muncul itu wajar adanya. Asal disikapi saja dengan sikap terbaik. Dan aku yakin anakku akan bisa melewati itu. Aku bermunajat dalam do’a dan menceritakan segala kegundahan kepadaNya Yang Maha Kaya. Aku yakin semua pasti akan ada jalan keluar. Bukankah pada setiap kesulitan itu akan ada kemudahan. ___ “Bunda...” Tiba-tiba El menghampiriku saat aku sedang bersama Jizan memasak di dapur. Wajahnya terlihat lebih berseri dibanding wajahnya tadi malam. “Iya Nak, ada apa. Bukankah tadi katanya mau ke rumah Mommy Rangkat...” “Iya. Ini baru mau berangkat.” Aku tersenyum melihat anakku yang sudah terlihat lebih santai. Anakku memang tak pernah lepas dari memakai sarung. Semakin terlihat kesantriannya, semakin terlihat pula kesejukkan di hatinya.(Maaf agak lebay :P ) “Ya udah, hati-hati bawa motornya ya.” “Bunda...” “Apalagi sayang...” “Terimakasih ya Bunda...” Aku melihat ada butiran bening keluar dari matanya. Anakku memelukku dan mencium tanganku. Akupun mendekapnya, dan ia pun pergi setelah berucap salam. Sementara Jizan hanya diam, mungkin merasa haru atau entahlah apa yang dipikirkannya. Aku hanya melihatnya ikut mengeluarkan airmata saat El memelukku dengan menangis. Sementara Ranti sedang tidak ada di rumah karena menginap di rumah Jingga. *elhida 080912

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun