Pagi ini saya senang sekali. Selain PKL(Praktek Kerja Lapangan) libur, ada hal yang sangat saya tunggu-tunggu beberapa minggu yang lalu dan berharap hari ini akan benar-benar terwujud. Berkunjung ke Masjid Al Akbar Surabaya(MAS), itu harapan saya. Dengan rasa penuh harap itu saya dan 2 teman karib saya bergegas merapikan diri dan segera keluar dari kos yang kami sewa hanya untuk 1 bulan terhitung 2 minggu yang lalu. Senyum simpul kami pun sekejap luntur ketika mendapat kenyataan bahwa gerbang kos kami terkunci. Setelah beberapa menit mondar-mandir mencari kunci di tempat peletakan biasanya, kunci gerbang tak kunjung ditemukan. Tak kehabisan akal, kami mencoba mengetuk pintu rumah pemilik kos yang terletak tepat dibawah kamar kos. Kekecewaan kami bukan main setelah tahu bahwa pemilik kos sekeluarga sedang tak ada dirumah meskipun pintu depan yang kami gedor-gedor tak dikunci. Ketika kesal dan kecewa makin berkecamuk dalam diri akhirnya kami berpikir bahwa di kos mungkin masih ada orang. Setelah kami naik ke lantai 2 lagi, eh beneran masih ada 1 mbak kos yang kamarnya agak jauh dari kamar kami. Dia bercerita bahwa sebenarnya dia baru saja mengurungkan niatnya keluar kos lantaran gerbang kos terkunci. Tapi kami masih beruntung karena keluar kos hanya bermodal badan dan tas, kalau dia kan rencananya mau keluar bawa motor. Dengan mengiyakan instruksi dari mbak tadi kalau keluar kos tidak hanya bisa lewat gerbang depan, tapi juga bisa lewat tangga bagian samping kos. Maklum saja kami tidak tahu, kan baru 2 minggu kos disini dan kamar kami kebetulan posisinya paling depan  jadi tak tau kalau ada jalan tikus begitu. Lenyaplah semua rasa tak enak yang tadi sempat membutakan kesabaran. Energi kami kembali muncul untuk segera menuju MAS. Beberapa menit telah berlalu, tak terasa sudah banyak waktu yang terbuang sia-sia di jalan raya A.Yani yang terkenal macetnya itu. Tak bisa dipungkiri, jalan ini memang jalan penghubung antara Kota Surabaya dan Sidoarjo yang disana terdapat gedung-gedung penting berjejeran yang seakan berebut perhatian pengguna jalan, sebut saja kantor POLDA, UINSA, RS.Bhayangkara ,UBHARA, DBL ARENA, PUSVETMA, BULOG, Dinas Kesehatan dan kantor dinas lainnya. Taksi yang kami tumpangi akhirnya menghentikan lajunya disebuah bagunan mewah dengan warna hijau yang mendominasi. This is it. Perasaan lega bercampur bangga tak bisa kusembunyikan ketika menapakkan kaki untuk pertama kalinya di masjid agung yang dielu-elukan warga kota Surabaya ini. Gaya arsitekturnya yang menawan dan juga kubah utamanya yang terlihat gagah diapit beberapa kubah kecil lainnya menjadikan MAS pantas disebut masjid agung dari kota sebesar Surabaya. Tak hanya itu, ukiran-ukiran berwarna kuning keemasan di setiap pintu serta rentetan kalimat Allah yang disusun rapi dibagian depan masjid membuat terkesima bagi siapa saja yang memandangnya. Saya sempat terharu ketika berdiri dibawah kubah utama MAS sembari kepala mendongak ke kubah, tiba- tiba rasa merinding merayapi sekujur tubuh tersadar bahwa diri ini hanyalah hamba yang lemah dan banyak mengeluh padahal ada Dzat yang Maha Besar yang mampu melenyapkan segala keluh kesah selagi kita selalu taat terhadap perintah-Nya. Entahlah, itu mungkin hanya perasaan saya atau banyak orang yang pernah merasakan apa sang saya alami di MAS. Demikianlah sedikit pengalaman saya di MAS, semoga menjadikan anda tertarik untuk sesekali mampir ke masjid kebanggan masyarakat Kota Surabaya tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H