Mohon tunggu...
Fitriyani
Fitriyani Mohon Tunggu... Freelancer - Junior Editor at Delilahbooks.com

A woman who loves writing story beyond her imagination.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Dangal, Kritisi Pemerintah yang Abai pada Atlit Olahraga dan Diskriminasi Perempuan di India

1 April 2017   20:15 Diperbarui: 1 April 2017   20:30 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: The Better India

Sudah nonton film Dangal? Kalau belum disaranin nonton deh, filmnya bagus banget.

Gak hanya karena film ini berdasarkan kisah nyata, tapi pesan-pesannya sungguh mengena.

Kisah seorang ayah yang melatih anak perempuannya dengan keras hingga menjadi juara dunia, padahal mereka berasal dari daerah dimana perempuan dianggap tak berharga, bahkan Haryana tempat lahir Geeta Phogat terkenal akan banyaknya kasus aborsi janin perempuan.

Ini tentang seorang ayah, yang percaya bahwa putrinya bisa melakukan hal yang lebih, daripada sekedar melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak.

Terlebih, para pemain film ini nampak asli india dan bukan blasteran. Saya yang sudah bosan melihat wajah cantik bak barbie di film india, merasa senang dengan seluruh pemain yang wajah dan perawakannya khas india.

Dan Amir khan, tampak jauh lebih baik penampilan fisiknya di film ini. Dibandingkan dengan film Dhoom 3 dan PK dimana tubuh berototnya terlihat aneh.

Kembali, setelah 3 idiots, tare zameen paar, dan PK, Amir khan membuat film kritis tentang budaya di india.

Jika 3 idiots membincangkan buruknya sistem pendidikan di india, Dangal mengangkat isu gender yang masih menjadi masalah besar di India, dimana perempuan dianggap lebih lemah dari lelaki.

Dangal juga mengkritisi pemerintah yang kurang memberi fasilitas dan dukungan pada atlit berbakat, sehingga banyak bakat olahraga yang tersia-sia.
(Sama seperti di indonesia)

Dan bila diperhatikan lebih cermat, ada pesan tersembunyi dalam film ini. Yakni tentang menjadi suami yang demokratis, di india suara perempuan dianggap tak penting di dalam pengambilan keputusan keluarga.

Tapi di sini Amir Khan menampilkan sosok Mahavir yang mendengarkan keluhan istri, dan berusaha bernegosiasi hingga istrinya merasa tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun