Mohon tunggu...
Fitriyani
Fitriyani Mohon Tunggu... Freelancer - Junior Editor at Delilahbooks.com

A woman who loves writing story beyond her imagination.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

{FF400K}Sindrom Galau Pra Kompasianival

14 November 2012   17:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:22 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pongkyyy.....gergajinya mana???" Pak Windu berteriak memanggil Pongky. Bocing yang sedang pusing memikirkan sketsa buat pos ronda di atas kertas nasi bergegas menghampiri Pak Windu. "Ada apa ayah?" "Pongky mana Pongky? dia bawa gergaji tapi belum balik sampai sekarang. nih bambu kan mesti di potong." Pak Windu menatap galau pada sebatang bambu yang terkapar memanjang sekitar lima meter. "Tadi sih katanya dia mau beli minum dulu." Sedetik berlalu Pongky muncul. Dia langsung di todong dengan tatapan tanya dari Pak Windu. "Mana gergajinya?" "Hehe...Pongky haus ayah, Jakarta gerah banget. Pengen minum es cendol. Jadi gergajinya aku tuker sama 5 gelas es cendol." Pongky cengar cengir. "Terus sekarang es cendolnya mana?"tanya Bocing "Udah habis tadi."Pongky nyengir semakin lebar. Bocing geleng-geleng kepala, Pak Windu mengambil tongkat dan menggesek-gesek bambu dengan tongkat seolah sedang menggergaji.(???) Di sudut lain kota Jakarta, agak jauh dari tempat mereka berada. Cupi, Fidia dan El Fietry juga sedang sibuk mempersiapkan mading beserta tetek bengeknya. "Fiet, nanti fotonya cetak lagi ya. Ada yang harus di revisi. Buat mading tinggal bikin boneka flanel aja.Banner yang di bikin mas Relly udah naik cetak." "Ok."Fietry menjawab."Fid, nanti fotonya disusun kayak gini, kamu yang nulis headline 'WARGA DESA RANGKAT' di atas layar. Harus warna warni biar keliatannya bagus. Kamu kan Duta Desa Rangkat, jadi harus bisa bikin tulisan itu menjadi representasi keragaman penduduk yang ada di Desa Rangkat." "Iya, iya."Fidia meraih kaleng cat dan segera sibuk melukis di atas kain. "Cupi, aku nyetak foto dulu ya." Fietry bergegas pergi. "Semangat banget tuh anak kalo di suruh nyetak foto."Cupi menggumam. Setengah jam kemudian, Fietry datang dengan wajah murung. "Kamu kenapa Fiet?" tanya Cupi sementara tangannya masih sibuk membuat kreasi boneka kain flanel. "Kenapa aku harus bertemu dengannya? Mengapa aku mau ngurusin kompasianival? Kalo dari awal aku tahu bakalan jadi begini, aku gak bakalan mau ngurusin kompasianival!" tangis Fietry pecah. Fidia dan Cupi jadi bingung melihatnya. Tadi Fietry pergi dengan senyum melengkung di bibir mungilnya, sekarang malah menangis seperti bayi minta di susui. "Hei, kamu kenapa ngomong gitu? Warga udah percaya sama kita, gak boleh sia-siakan amanah."Fidia mengingatkan. "Aaaaa....pokoknya aku gak mau ngurusin kompasianival lagi!" Fietry melemparkan hasil cetakan foto ke segala arah. Tentu saja Cupi dan Fidia terkejut dibuatnya. "Fiet, kenapa kamu jadi ngambek begini sih? Emang Bocing ngomong apa sama kamu?" tanya Cupi. "Bukan Bocing!" "Lalu?" "Itu....cowok yang punya tempat cetak foto itu....yang ganteng itu loh....ternyata..ternyata..dia udah punya istri duaaaa dan anak limaaa!!! aku patah hatiiiiii...huaaaa.....!!!" Tangis Fietry makin kencang. Cupi&Fidia: !@#$%^&*()?><:" Cast:

13529123561952317669
13529123561952317669
1352914283212686941
1352914283212686941
13529139901660495084
13529139901660495084
13529122871498062013
13529122871498062013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun