Hari ini, saya baru saja melewati ulang tahun kedua puluh enam saya. Tidak ada pesta, tidak ada perayaan meriah. Meski ucapan selamat dan doa bertebaran di dunia maya, hanya tiga orang yang datang langsung ke kosan pada hari ini untuk mengucapkan selamat ulang tahun.Â
Saya bukan bersedih, saya juga bukan tipikal orang yang menjadikan hari ultah sebagai hal yang besar. Dulu, aku memang seperti itu, sekarang tidak lagi.
Dulu, setiap tanggal 22 April datang, aku selalu gelisah, menantikan kejutan dari teman-teman, menantikan ucapan dari selamat dari orang-orang, bahkan menanti hadiah yang mungkin aku dapatkan.Â
Dulu, setiap hari kartini berlalu, aku selalu resah. Umur bertambah, namun kelakuan masih tetap sama. Aku selalu berjanji pada diri sendiri untuk berubah, menjadi lebih baik, mengurangi malas, dan mengurangi sikap cuek. Dan nyatanya selalu gagal.
Setiap tahun, saya selalu merancang apa yang ingin saya lakukan selama setahun ke depan, apa yang berhasil saya raih setahun belakangan, dan apa yang ingin saya capai sebelum ultah selanjutnya datang. Ingin menjadi orang yang lebih kaya di tahun depan, supaya bisa mentraktir teman-teman.Â
Namun kini, aku hanya ingin bersyukur, aku masih diberi nafas hingga usia dua enam. Aku ingin berterima kasih pada Penciptaku, karena berkenan memberiku kehidupan.Â
Aku ingin memeluk perasaan ini, perasaan bebas untuk mencintai diri sendiri. Perasaan bebas untuk melakukan apa yang kumau tanpa tekanan dari pihak manapun.Â
Aku takkan lagi ambil pusing dengan omongan orang, yang mempertanyakan mengapa aku masih lajang.
Aku takkan lagi ambil serius ucapan orang, yang selalu menasihati untuk menurunkan berat badan.
Aku sudah selesai, selesai mempertanyakan hal-hal yang tidak aku miliki, hal-hal yang tidak bisa aku ubah dala hidup ini.Â
Aku takkan lagi bertanya, mengapa jodohku belum datang juga