Tok! Tok! Tok!
Terdengar pintu di ketuk dengan keras, dengan iramanya yang tak beraturan dan berulangkali dalam tempo yang cepat. Fietry bergegas membuka pintu, penasaran siapakah yang mengetuk pintu rumahnya dengan tak sabaran itu.
Saat pintu terbuka, terlihatlah seorang perempuan tinggi, cantik dan berpakaian seksi berdiri memandang tajam pada Fietry.
" Mbak Jingga?" Fietry heran melihat kehadiran kembang desa Rangkat di rumahnya.
" Fietry, aku ingetin sama kamu ya. Kamu gak usah godain Aa Kades, dia itu cuma punya aku!" Jingga berkata to the point.
" Aku gak pernah godain Mas Hans, dia sendiri yang deketin aku, Mbak." Fietry berusaha membela diri.
" Ah, sama aja. Pokoknya kamu gak boleh deket-deket sama Mas Hans." tanpa menunggu Fietry berkata apapun lagi, Jingga berbalik dan melangkah pergi. Meninggalkan Fietry dengan segudang resah bersarang di hati.
Mengapa kehadiranku di sini sepertinya malah membuat masalah? Fietry bertanya-tanya dalam hati.
"Ah, semua ini gara-gara si Kades yang sok kecakepan itu,"gerutu Fietry.
Fietry menutup pintu dan masuk ke kamarnya, ia ingat kembali tujuannya datang ke Desa Rangkat adalah untuk mewujudkan cita-citanya sejak kecil. Tak pernah bermaksud untuk membuat masalah dengan siapapun. Sampai kemudian, Kades Rangkat yang katanya sedang mencari istri mulai mendekatinya.
Fiuh...Fietry menghela napas panjang. Ia mengambil sebuah postcard dan menulis sebuah pesan singkat untuk ibunya.