Mohon tunggu...
Sutrisno S Parasian Panjaitan
Sutrisno S Parasian Panjaitan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kaizen | Complex being | Miscellaneous

Be Better. Maksimalkan Potensi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman Saya Selama Terjun ke Industri Pertanian

19 Februari 2024   16:28 Diperbarui: 19 Februari 2024   16:33 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya sudah menjalani profesi Marketing Agrochemical dan berkerja di bidang pertanian sejak 2017 hingga 2023 dan banyak mengalami ups and downs. Awal mula saya terjun ke profesi ini adalah karena program dari pemerintah untuk melakukan penyuluhan kepada petani di tahun 2015. Pada masa itu pertanian sangat diupayakan oleh pemerintah agar menjadi sektor yang produktif. Maka dari itu dikerahkan lah mahasiswa yang telah selesai mengerjakan tugas akhir dan skripsi untuk kegiatan penyuluhan.

Dari kegiatan itu saya terinspirasi untuk bisa terjun ke bisnis pertanian. Namun karena latar belakang saya yang tidak memiliki modal yang cukup untuk memulai usaha bertani saya memutuskan untuk bekerja dahulu setelah mengikuti program tersebut.

Selama bekerja sebagai marketing di industri agrochemical saya akhirnya menyimpulkan bahwa industri pertanian sangat vital namun tidak bisa mendapatkan keuntungan besar. Berikut beberapa poin yang menjelaskan argumen saya tersebut yang mana saya dapatkan setelah menjalani pekerjaan:

  • Industri pertanian sulit untuk mendapat keuntungan yang besar karena akan menyulitkan masyarakat jika harga-harga hasil pertanian tinggi.
  • Pertanian di Indonesia mayoritas masih dijalankan oleh orang-orang yang hanya mengandalkan pengalaman turun-temurun tanpa memahami perinsip empiris dan masih sebagian kecil yang benar-benar memahami ilmu pertanian.
  • Pupuk, pesitisida dan benih komersil harganya semakin naik dan tidak diimbangi harga jual hasil panen yang memadai.
  • Kebijakan pemerintah yang mendukung petani masih sangat minim sehingga tidak ada kepastian bagi petani.
  • Adaptasi teknologi terbaru pada pertanian di Indonesia hanya dilakukan segelintir kalangan, hal ini karena keterbatasan modal dan akses informasi.
  • Banyak dari masyarakat yang menjalani profesi petani punya kebiasaan yang buruk, baik dalam urusan pengelolaan modal, profesionalisme dalam kerja sama, dll. Misalnya mereka mencampur adukkan uang untuk biaya bertani dengan kebutuhan lain, mereka masih berjudi padahal ekonomi nya pas-pasan, mereka hutang untuk kebutuhan bertani nya namun ketika sudah ada uang tidak membayar hutang nya, panen yang seharusnya bisa dilakukan harus gagal karena dicuri, dll.

Dari pengalaman 5 tahun bekersa di industry agrochemical ini, ilmu terpenting yang saya dapatkan ialah strategi yang benar untuk dapat masuk ke dalam sebuah bisnis. Saya paham untuk masuk ke dalam sebuah bisnis bukan didasarkan pada bidang apa yang kita suka, tapi lebih kepada industri apa yang benar-benar dibutuhkan oleh pasar dan pemahaman mendalam akan industri mana yang benar-benar bisa memberikan keuntungan maksimal.

Mengetahui realita akan industri yang tadinya saya senangi memang membuat saya berfikir ulang untuk masuk ke bisnis ini kedepannya. Tapi yang menjadi fokus saya saat ini adalah mengumpulkan modal dan skill agar suatu saat benar-benar dapat menjadi seorang pebisnis yang handal.

Pertanian ini sangat vital dan sangat dibutuhkan, namuan sebagai sebuah sektor bisnis sepertinya sangat banyak yang perlu dibenahi. Butuh sebuah gebrakan besar untuk bisa merubah ini dan tentunya tidak bisa saya kerjakan seorang diri. Ini membutuhkan sinergi dari setiap pihak yang terlibat baik itu perusahaan pendukung, pemerintah, petani, dan masyarakat yang merasakan hasil dari pertanian.

Semoga tulisan ini dapat menjadi sumber referensi bagai siapapun yang ingin terjun ke bidang pertanian agar lebih produktif lagi dalam menjalankan tugas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun