Mohon tunggu...
Sutrisno S Parasian Panjaitan
Sutrisno S Parasian Panjaitan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kaizen | Complex being | Miscellaneous

Be Better. Maksimalkan Potensi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dewasa

17 Agustus 2017   22:49 Diperbarui: 10 Oktober 2021   07:23 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dewasa adalah meningkatnya perkembangan fisik-biologis dan mental menjadi lebih kuat.

Benar, kekuatan adalah ukuran dari sebuah kedewasaan. Semakin kuat perkembangan fisik-biologisnya dan semakin kuat mentalnya, maka seseorang dikategorikan semakin dewasa, walaupun ukuran kekuatan itu relatif.

Beberapa dari kita menganggap kedewasaan adalah seputar tanggung jawab. Sebagian lagi lebih menitik beratkan kepada sikap mental yang ditunjukkan melalui prilaku. Ada juga yang menganggap kebijaksanaan adalah penentu kedewaasaan. Dan kriteria-kriteria lainnya. Benar sekali, seorang yang telah dewasa pada umumnya memilki itu.

Namun, apakah benar itu semua menjadi patokan kedewasaan? Coba kita kaji, apakah seorang anak yang masih belia tidak perlu bertanggung jawab? Apakah dia juga tidak bisa menjadi bijak? Dan apakah seorang anak memang seharusnya bersikap semberono tanpa adanya sopan santun? Dan kriteria-kriteria lainnya, apakah tidak patut dimiliki seorang belia? Pastinya anak belia juga perlu memiliki kroteria-kriteria itu, namun sebarapa kuatkah umunya kriteria-kriteria tersebut dimiliki seorang belia? Pada Apakah anak yang masih belia ini bisa dikatakan dewasa? Tentu tidak. 

Seorang anak yang masih belia jika memiliki kriteria tersebut dikategorikan anak yang superior. Berbeda dengan orang yang lebih tua jika kurang memiliki hal tersebut dianggap orang yang gagal bertumbuh atau belum dewasa. Pola pikir seperti ini lah yang sepertinya menjadi alasan mengapa kriteria-kriteria mental tersebut sering kali dikaitkan dengan kedewasaan. Padahal tidak selamanya sikap mental menjadi satu-satunya alasan seseorang dikatakan dewasa atau tidak.  

Di lain kasus ada juga orang yang memang dalam kehidupan sehari-harinya memiliki karakter yang berbeda dari kriteria kedewasaan yang secara umum. Contohnya di jepang. Baik kaum belia hingga dewasa suka kegiatan yang umum kita anggap tidak dewasa. Otaku, komik, anime, cosplay, game bukan hal tabu bagi meraka. Namun tidak membuat jepang dicap sebagai negara yang kekanak-kanakan. 

Jika kita boleh jujur dengan pribadi kita masing-masing, pasti ada saat-saat dimana kita tidak sesuai dengan kriteria-kriteria mental tersebut. Jika itu terjadi apakah dengan begitu kita menjadi tidak dewasa? Belum tentu, bisa jadi mental emosional kita memang sedang tidak bagus. Namun sikap mental umunya bersifat kebiasaan. Semakin sering kita memiliki sikap mental yang baik maka semakin kuat dan stabil kepribadian kita.

Salam Damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun