Mohon tunggu...
Amalis Sofi'ah
Amalis Sofi'ah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

dilahirkan di kota kartini, rembang- jawa tengah.. kini ia masih melnjutkan studinya di IAIN Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Benar, Akulah Pembohong

1 Mei 2013   06:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:19 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear

Mentari, maafkan q, lagi2 ku memulai hari dengan kebohongan. Bohong pada mereka yang bertanya, mereka yang melihat bahkan mereka yang slalu menghawatirkanku di sebrang sana.

Saat mereka bertanya: kenapa kau tak pergi malam itu? aku hanya bisa menjawab: maaf, aku ketiduran. Aku tak menjelaskan bagaimana waktu itu aku menahan sakit yang tak karuan. Dingin yang menggigit kulit tipisku. Selimut yang membungkus tubuhku dari ujung kaki sampai kepala. Aku menggigil.

Saat mereka melihatku bercengkerama serta gurau bersama teman-teman. Mereka senyum bahagia dan lirih berkata: aku suka persahabatan, keramahan serta kekompakan teman-teman kita. Padahal saat itu aku harus bertahan untuk tetap terlihat normal da kompak meski keringat dingin slalu keluar, tubuh mulai gemetaran, dan tusukan-tusukan rasa sakit yang terselip diantara tulang-tulangku.

Saat orang-orang yang ku sayang mulai menghawatirkanku dengan menanyakan kabar lewat pesawat telepon, aku hanya menjawab: tenang semuanya baik-baik saja. Aku sudah jauh lebih sehat. Maaf sekali lagi aku bohong pada mereka mentari. Aku takut mengatakan sejujurnya bahwa aku rapuh. Kondisiku mulai memburuk. Penyakit ini.. ah, tak usah ku jelaskan, aku takut kejujuranku membuat kekhawatiran mereka bertambah.

Bagaimana aku tak bohong jika kelihatannya mereka lebih bahagia ketika mendengarkan kebohonganku??? Apa aku salah ingin melihat semburat kebahagiaan yang terpancar dari semua orang yang menyayangiku. Aku ingin slalu melihat kebahagiaan itu karna aku takut tak bisa melihatnya lagi. Sekali lagi maafkan aku mentari, sepertinya aku tak bisa menghentikan kebohonganku pada siapapun.

Salam maaf dariku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun