Mohon tunggu...
Ammu Fathy
Ammu Fathy Mohon Tunggu... -

can't write.!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lembah Makkah

16 Agustus 2012   04:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:41 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daerah Makkah terletak di dasar lembah yang dikelilingi jajaran bukit-bukit yang membentang dari tepi pantai Laut Merah disebelah Barat, Makkah sangat terpencil sekali karena diapit oleh bukit dan dataran tinggi yang menjulang disekelilingnya, namun ada 3 jalan yang berada di sela-sela perbukitan tersebut yang menjadi pintu bagi lembah Makkah ini dan bisa dikunjungi oleh kafilah dagang di daerah jazirah Arab. Jalur pertama berada di sebelah Selatan yang menghubungkan Makkah dengan wilayah Yaman, jalur kedua di sebelah barat yang menghubungkan langsung ke bibir pantai laut merah di pelabuhan Jeddah, dan jalur terakhir yaitu jalur utara yang menuju ke daerah yatsrib hingga sampai ke pedalaman Syam hingga bertemu jalur-jalur terbuka yang mengubungkan berbagai wilayah di Asia. [caption id="attachment_200958" align="alignleft" width="300" caption="old Makkah"][/caption] Tetapi akan sangat sulit sekali menetukan awal waktu berdirinya kota Makkah ini, namun sudah dapat dipastikan wilayah ini sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, awalnya wilayah ini sebagai tempat bersinggahnya para Kafilah dagang yang akan melakukan perjalanan dagang dari Syam menuju Yaman begitupun yang berasal dari Yaman menuju Syam, mereka mendirikan tenda-tenda mereka untuk berteduh dan melepas lelah akibat perjalanan panjang yg ditempuh juga memperbaharui perbekalan mereka khususnya air karena diwilah ini banyak terdapat sumber-sumber mata air segar. Riwayat paling populer mengatakan bahwa Ismail putra Ibrahim bersama ibunya Hajar adalah orang pertama yang menjadikan Makkah sebagai tempat tinggal yang pada awalnya daerah ini hanya sekedar tempat singgah para kafilah dagang, bisa juga kita prediksikan kalau Makkah sebelumnya pernah pula digunakan sebagai tempat beribadah, namun riwayat tentang Makkah sebelum Ismail dan Hajar banyak diselimuti ketidak jelasan. Jika benar seperti itu adanya maka hal ini berkaitan dengan cerita Ibrahim yang hijrah dari Baghdad negri asalnya hingga sampai ke daerah lembah Makkah ini. Ibrahim dilahirkan di wilayah Irak dari seorang bapak yg memahat patung-patung yang disembah masyarakat Iraq pada waktu itu. Ketika Ibrahim dewasa dan matang dalam berfikir ia meragukan apa yang ia lihat dengan matakepalanya tentang perlakuan masayarakat sekitarnya yang menyembah patung-patung tersebut. kemudian ia mendatangi bapaknya dan menanyakan bagaimana bisa orang-orang menyembah patung sedangkan patung-patung itu tidak bisa berbuat apa-apa tidak pula memberi manfaat dan juga tidak mampu menurunkan kerusakan karena patung-patung itu benda mati yang dibuat sendiri oleh manusia. Ibrahim berfikir dengan menggunakan akalnya, suatu malam ia mendatangi sekelompok patung-patung di tempat pemujaan dan menghancurkan patung-patung tersebut kecuali patung yang lebih besar, setelah matahari muncul masyarakat sekitar dibuat kaget dengan ulah Ibrahim mereka bertanya: "hai Ibrahim apakah kau yang telah mengancurkan patung-patung itu?" lalu Ibrahim menjawab seraya menunjuk kearah patung yang lebih besar: "tanyakan saja pada patung yang itu, yang masih sempurna bentuknya, apakah dia menyaksikan aku menghancurkan patung-patung yang lain?" hal ini mengundang kemarahan kaumnya sehingga ia dijatuhi hukuman bakar sampai mati. Namun Allah Swt menyelamatkannya dengan memerintahkan api agar menjadi dingin. Perjalanan spiritual Ibrahim dalam mencari kebenaran tuhannya terus berlanjut, hingga ia menemukan kebenaran akan tuhan yang maha esa. Kisah ini dijelaskan dalam Al-qur'an surah al-an'aam ayat 76 sampai ayat 79. Ketika Ibrahim merasa telah gagal dalam menyampaikan kepada kaumnya petunjuk kebaikan agar menyembah Allah tuhan yang maha tunggal pencipta alam semesta, ia pun memilih pergi meninggalkan Iraq dan menuju ke wilayah Palestina kemudian setelahnya menuju Mesir bersama istrinya Sarah. Sarah adalah seorang wanita yang sangat cantik sedangakan Mesir pada waktu itu diperintah oleh raja Hyksos yang sangat gemar mengambil wanita-wanita cantik untuk dijadikan selir. Timbul kegelisahan pada diri Ibrahim, karena takut Sarah dibunuh ia mengaku kepada raja Hyksos bahwa Sarah adalah saudara perempuannya . suatu hari Hyksos bermimpi bahwa Sarah memiliki suami lalu ia mengembalikannya kepada Ibrahim serta memberikannya beberapa hadiah. Setelah itu ia pun memilih kembali ke tanah Palestina. Ibrahim dan Sarah sudah sangat lama menikah dan tidak dikaruniai seorang anakpun, oleh karena itu Ibrahim diizinkan untuk menikahi budak perempuannya Hajar, tidak beberapa lama kemudian Hajar-pun mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Ismail. Dan setelah Ismail dewasa Sarah baru mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Ishak. Sebelum lahirnya ishak ada kisah yang menceritakan bahwa Ibrahim bermimpi diperintah oleh tuhannya untuk menyembelih Ismail anaknya. Ibrahim menjalankan perintah ini atas persetujuan Ismail sebagai ketaatan dan pelaksaan atas perintah tuhan. Ketika mata pisau sudah dekat dengan leher Ismail turunlah wahyu yang memerintahkan Ibrahim mengganti penyembelihan tersebut dengan seekor kambing. Kisah ini tertulis dalam Al-qur'an surah Ash-shaffat ayat 102-107. [caption id="attachment_200961" align="alignleft" width="300" caption="Old Arab Map"]

13452688331403077196
13452688331403077196
[/caption] Ismail dan Ishak sama-sama tumbuh ditengah-tengah kasih sayang seorang bapak yang sangat adil dalam hak kedua putranya. Akan tetapi Sarah tidak suka dengan keadilan yang diberikan Ibrahim kepada kedua anaknya tersebut, karena Ismail hanyalah seorang  anak yang dilahirkan dari ibu yang hanya seorang hamba sahaya, hingga Sarah bersumpah untuk tidak tinggal bersama Ismail dan Hajar. Ibrahim merasakan tidak akan ada kebaikan jika kedua wanita tersebut bersama kedua anaknya tinggal secara berdekatan. Ketika itu Ibrahim mengajak pergi Hajar dan Ismail menuju selatan Palestina yang pada akhirnya perjalanan mereka berakhir di lembah Makkah, lalu Ibrahim kembali ke Palestina meninggalkan mereka berdua, sebagaimana kita ketauhi bahwa lembah ini adalah tempat para kafilah mendirikan tenda-tenda untuk beristirahat. Namun ketika datang masa kering wilayah ini menjadi sangat tandus dan kosong, tidak ada yang berani menetap di wilayah ini karena sangat kering dan terbatasnya makanan dan minuman. Pada waktu itulah bertepatan dengan habisnya perbekalan Hajar dan Ismail, Hajar lalu mengitari segala penjuru lembah namun tidak mendapatkan apa-apa, hingga seketika Ismail menghentakkan kakinya dan muncullah sebuah mata air yang jernih dan segar lalu ia membendung air yang terpancar tersebut agar tidak hilang percuma ditelan pasir begitu saja, beberpa waktu berikutnya Ismail dan ibunya Hajar memberikan air untuk perbekalan para kafilah yang sering singgah di lembah ini dengan begitu merea mendapatkan bayaran berupa makanan atau barang- barang lainnya. Mata air inilah yang kita kenal sampai sekarang dengan mata air zamzam. Aliran mata air zamzam yang tidak pernah berhenti dan tidak pernah kering ini mengundang suku-suku dan kelompok-kelompok badui sekitar jazirah Arab tertarik untuk tinggal di lembah Makkah, Jurhum adalah suku pertama yang datang mendiami lembah ini hingga ada riwayat yang mengatakan bahwa Jurhum sudah tinggal di sekitar wilayah Makkah atau tidak jauh dari lembah Makkah sebelum Hajar dan anaknya datang ke lembah ini. Ketika Ismail sudah mencapai usia pernikahan ia menikah dengan salah satu wanita Jurhum dan terbentuklah ikatan emosional antara suku jurhum dan Ismail yang mengalir ditubuhnya darah Ibrahim. mulai saat itu Lembah Makkah berganti menjadi daerah pendudukan dari hanya sekedar wilayah kosong tempat singgahnya para kafilah dagang. [caption id="attachment_200959" align="alignleft" width="300" caption="Arabs tent"]
13452686231078074334
13452686231078074334
[/caption] Suatu waktu Ibrahim meminta izin kepada sarah untuk menjenguk Hajar dan Ismail. Ketika sampai di wilayah Makkah, ia bertanya kepada seseorang yang tinggal di daerah itu: "dimana rumah Ismail?" kemudian orang itu menunjukan lokasinya, namun tidak dijumpai Ismail dirumahnya yang ada hanyalah istrinya, lalu ia bertanya: "kemana suamimu?" istri Ismail menjawab: "ia sedang pergi berburu untuk makan kami" kemudian Ibrahim berkata: "apakah kau punya sedikit makanan dan minuman untuk memuliakan tamu?" ia menjawab: "dirumah kami tidak ada suatu apapun untuk para tamu". kemudian Ibrahim berkata "jika nanti suamimu pulang tolong beri tahu untuk segera mengganti tiang pintu rumahnya" kemudian pergi. ketika Ismail pulang, istrinya memberi tahu tentang apa yang dikatakan Ibrahim tadi, segera setelah memahami apa yang dikatakan oleh bapaknya, Ismail menikah lagi dengan wanita dari suku Jurhum yang lain, wanita itu adalah anak perempuan dari Mudad bin amr. Setelah beberapa waktu Ibrahim kembali lagi ke Makkah juga tidak dijumpainya Ismail, namun ia diberikan makanan dan minuman sebagai adab memuliakan tamu, ketika akan pergi ibrahim berkata: "sampaikan salamku untuk suamimu dan katakanlah bahwa sekarang tiang pintu rumahnya sudah tegak". Dari pernikahan dengan putri Mudad ini Ismail dikaruniai 12 orang anak yang seluruhnya adalah moyang bangsa Arab Mosta'ribah. yaitu bangsa Arab dari garis keturunan Ya'rab bin Qahtan melalui jalur Jurhum dan Ismail bin Ibrahim yang berdarah Mesir dari ibunya Hajar, dan berdarah Iraq dari bapaknya Ibrahim. Dimasa-masa yang akan datang, keturunan Ismail ini yang banyak mendiami wilayah di Jazirah Arab, khususnya wilayah Hijaz yang meliputi Makkah, thaif, yastrib (Madinah Al-munawwarah) dan lain-lain. Ibrahim kembali mengunjungi Makkah, dalam kunjungannya kali ini ia medirikan Ka'bah bersama Ismail. Dalam Al-qur'an surah Al-baqarah ayat 125-127 dan surah Aali-imran ayat 96-97 disebutkan tentang Ka'bah yang didikan oleh Ibrahim dan anaknya Ismail. Sangat sulit sekali menentukan dengan pasti bagaiman cara Ibrahim dan Ismail mendirikan Ka'bah dan menjadikannya tempat berlindung dan beribadah, lalu kemudian tempat itu berubah menjadi tempat yang penuh dengan ritual-ritual menyembah berhala, begitupun keadaaan ibadah sepeninggal Ibrahim dan Ismail, dan kapan tepatnya agama tauhid berubah menjadi syirik dipusat rumah Allah Ka'bah Al-musyarrafah itu sendiri tidak ada riwayat populer yang membicarakan persoalan tersebut kecuali cerita-cerita dan legenda dari mulut kemulut yang kebenarannya serta kekuatan riwayatnya masih dipertanyakan. Namun banyak asumsi dan penafsiran yang beredar bahwa perubahan wilayah Makkah khususnya Ka'bah menjadi pusat pemujaan berhala sembahan kembali pada masa orang-orang ash-shobiun yang berkuasa di sebagaian wilayah Jazirah Arab. Shabiun yaitu orang-orang yang menyembah bintang-bintang, pada awalnya mereka monotheis tauhid dan mengesakan Allah Swt tuhan semesta alam. Mereka sangat kagum dengan bintang yang bersinar sebagai kebesaran ciptaan Allah, seiring berjalannya waktu kekaguman mereka berubah menjadi pengagungan dan menyatakan menyembah bintang untuk mewakili tuhan, dengan begitu hilanglah inti ketuhanan yang maha tunggal dari pikiran mereka sehingga mereka mencampur antara pencipta dan makhluk. Kemudian mereka mereka mengangggap bahwa batu-batu yang berasal dari semburan vulkanik sebagai serpihan bintang-bintang yang sengaja dijatuhkan kebumi menjadi materi penyembahan dari langit. Tidak berhenti sampai disitu, pengagungan batu-batu berlanjut hingga sampai pada tahap tidak cukup hanya mengengelilingi Ka'bah, mereka pun mengambil batu-batu dari Ka'bah bagaimanapun bentuknya untuk dibawa dalam perjalanan kemanapun, hingga mereka bisa beribadah dimanapun dan kapanpun dengan batu-batu tersebut. Inilah cikal bakal penyembahan patung dan berhala yang pada masa-masa yang akan datang sudah menjadi berbagai macam bentuk dari materi batu maupun kayu dan logam. Banyak para Nabi yang diutus oleh Allah Swt untuk memberikan peringatan kepada bangsa Arab agar kembali kedalam ketauhidan dan meninggalkan perbuatan syirik serta mengajak kepada kebaikan dengan membawa kabar gembira bagi yang suka beramal sholeh dan memberikan ancaman siksa bagi yang selalu berbuat kerusakan. Tidak banyak yang kembali kepada keesaan tuhan, sampai datang Rasulullah Muhammad Saw sebagai penutup para Nabi dan Rasul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun