Tidak ada bulan manapun diantara ke 12 bulan dalam satu tahun selain bulan Syawwal yang amat sangat disambut meriah oleh umat muslim diseluruh penjuru dunia, bagaimana tidak, belum masuk tanggal 1-nya saja sudah meriah dengan berbagai aktivitas dari berbagai elemen masyarakat muslim, dari yang sangat taat, sampai orang islam yang hanya sekedar mengisi kekosongan  kolom daftar agama dikartu tanda penduduk mereka.
Kemeriahan ini biasanya dimulai dengan banyaknya iklan-iklan yang menayangkan berbagai aneka produk yang menawarkan discount sangat menggiurkan dan menarik masyarakat untuk berbelanja, biasanya banyak pula yang sudah jauh-jauh hari memulai menjajakan discount dari sebelum masuk bulan Ramadhan. Kita anggap memang ini adalah hal yang lumrah, sudah menjadi tradisi bagi muslim menyiapkan segala yang baru mulai dari sendal, sepatu, celana, baju, sarung, peci dan lain sebagainya. Rasa-rasanya kurang afdhol jika tidak memperbaharui pakaian di hari raya Fitri ini.
Berikutnya sambutan bulan Syawwal dimeriahkan oleh media yang menghiasi kolom-kolom beritanya tentang kabar H-5 H-4 dan seterusnya sampai H+7 bahkan sampai H+10 bulan Syawwal, apalagi kalau bukan berita hijrahnya penduduk kota yang kembali ketanah keluarganya yang berada diluar kota dengan membawa hasil pencahariaan selama 1 tahun belakangan, kita sering menyebutnya dengan peristiwa arus "mudik".
Kemeriahan ketiga biasanya dimeriahakan oleh suara-suara media tentang persoalan kapankan idul fitri dimulai?besok atau lusa?. Perbedaan ijtihad  para ahli agama tentang penentuan awal bulan Sawwal yang sering terjadi sehingga menjadi konsumsi umum dan bukan lagi barang langka dikalangan muslim Indonesia, terlebih sangat terasa sekali karena media menayangkan langsung dari kantor Departemen Agama RI acara penentuan awal dari bulan Syawwal tersebut. berbeda dengan negara-negara muslim lainnya khususnya wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, hal-hal yang menyangkut sidang itsbat awal bulan dalam kalender Hijriyah biasanya berlangsung tertutup, jadi masyarakat tidak dipusingkan oleh suara sumbang kelompok-kelompok yang berbeda pendapat serta cenderung berfikir untuk meninggalkan urusan itu kepada ahlinya.
Itu semua kadang membuat kita lupa untuk memaknai hakikat dan inti dari perayaan Idul Fitri atau biasa kita sebut Hari Raya Fitri. Saya pernah mendengarkan ceramah dari prof. DR Quraisy Shihab yang berkaitan tentang Idul Fitri, oleh karena itu disini saya akan mengutip soal Idul Fitri yang beliau sampaikan pada sesi ceramahnya beberapa waktu yang lalu.
Ceramah pertama:
Banyak orang yang menyebut dalam bahasa sehari-hari kata Idul Fitri sebagai Hari Raya Suci. Akan tetapi ada sebagian pakar yang menjelaskan arti dan makna Idul Fitri dari sisi yang lain, kata "ied" dalam bahasa arab berarti "kembali", sedangkan kata "fitri" itu seakar dengan "iftar" yang artinya "berbuka puasa". "Ied" juga seakar dengan kata "futur" yang artinya "makan pagi". Oleh karena itu "Idul Fitri" berarti hari dimana orang-orang muslim kembali makan setelah melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Rasulullah Saw makan beberapa biji kurma sebelum berangkan sholat Idul Fitri, berbeda dengan Idul Adha, beliau tidak makan sebelum melaksanakan shalat Idul Adha. Banyak pula tuntunan agama tentang hari raya dan makanan, dalam Al-Quran sahabat nabi Isa alaihissalam meminta untuk diturunkan hidangan dari langit untuk dijadikan hari raya mereka. Begitu juga dengan makannya sendiri, begitu banyak tuntunan agama untuk manusia agar memakan dengan yang baik-baik, yang proporsional, yang lezat dan yang bisa bernilai bagi tubuh kita baik itu dari kandungan gizi, protein dan sumber tenaga.
Ceramah kedua:
Sudah menjadi suatu tradisi jika datang hari raya kita sudah menyiapkan pakaian yang baru dan yang indah, memakai pakaian yang indah itu tidak ada larangan bahkan dalam Al-Qur'an kita dianjurkan memakai pakain yang indah ketika kemasjid beribadah atau bisa juga kemanapun, asal jangan ada niat menggunakan keindahan pakaian untuk sekedar bersombong kepada orang-orang sekitar. fungsi pakaian itu sebenarnya ada empat. Pertama, pakaian adalah penutup keburukan yang ada di tubuh kita, sesuatu bagian dari tubuh kita yang tidak pantas dilihat oleh orang lain. Kedua, pakaian bisa menjadi unsur keindahan seseorang . Ketiga, pakaian berfungsi untuk membedakan seseorang dengan yang lainnya, kita bisa menilai orang apakah ia seorang yang kaya atau miskin, dan kita juga bisa menilai profesi seseorang dari pakaiannya. dan Keempat, pakaian bisa melindungi kita dari sengatan panas dan dingin.
Jika kita sudah menyiapkan pakaian Jasmani yang indah yang akan kita pakai pada hari raya Idul Fitri, sebenarnya dan sepatutnya kita pun sudah merajut pakaian Rohani kita selama bulan Ramadhan. Allah Swt berfirman "dan pakaian ketaqwaan itulah yang paling baik daripada pakaian jasmani". jika pakaian Jasmani melindungi kita dari sengatan panas dan dingin, maka pakaian Rohani melindungi kita dari neraka, jika pakaian Jasmani membedakan keindahan kita terhadap orang lain, maka pakaian Rohani membedakan antara muslim dan non-muslim. Benang-benang yang digunakan untuk merajut pakaian ketaqwaan ini adalah dengan pebuatan-perbuatan baik seperti sabar, syukur, rendah hati, pemurah dan lain-lain. Seorang muslim yang baik yang sudah menggunakan pakaian Rohani yang baru akan senantiasa membuka pintu maaf bagi yang melakukan keburukan kepadanya. jika ia difitnah hendaknya berdoa jika apa yang dituduhkan itu benar semoga Allah Swt memaafkan dan mengampuni. jika apa yang dituduhkan itu salah maka ia memaafkan dan berdoa semoga orang yang menuduhnya itu mendapat ampunan dari Allah Swt.
Dihari raya ini marilah kita kembali memperbaharui jiwa kita agar bersikap lebih baik dari yang sebelumnya, serta melanjutkan momentum Ramadhan kita hingga mencapai derajat yang tinggi disisi Allah Swt.