Sementara, pilihan kedua, dengan agak berat, saya berpikir, mungkin Romo mau tampil berbicara di TV. Menurut saya mungkin Romo Mangun akan bertindak macam Romo Mudji Sutrisno, yang kerap kali muncul di TV. Namun, sepertinya ia memilih untuk tidak terlalu banyak tampil di layar kaca, dan lebih banyak waktu dihabiskan di lapangan.
Pendapat ini juga saya dasarkan pada dua sahabat Mangunwijaya, Gus Dur dan Sjafii Ma'arif yang kerap menyampaikan kriitik dan gagasannya di TV. Romo Mangun mungkin berpikir, TV adalah media terbaik saat ini untuk menyampaikan gagasan. Namun, sepertinya bakal kecewa karena gagasannya mental di mata, telinga, dan hati para pejabat korup.
Akhirnya, Romo pun menarik diri dan mulai menulis dan membangun masterpiece lainnya. Mungkin dia akan berdiri di barisan depan dalam persoalan GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, Tragedi Cikeusik, Mesuji. Atau ia akan bersama rakyat kecil menahan lapar seperti tindakan mogok makan untuk membela hak-hak warga Kedung Ombo dulu.
Namun satu yang saya yakin, ia emoh masuk dunia politik, apalagi politik praktis. Masalah kemanusiaan dalam hidup Mangunwijaya punya gravitasi yang lebih kuat dibanding gelimang harta, meski ia pun tak miskin-miskin amat karena banyaknya orang yang memberikan kekayaan duniawi atas karya-karya Mangunwijaya, khususnya di ranah arsitektur.
Sayangnya, semua ini hanya pengandaian. Hingga saat ini, masih jarang terdengar tokoh nasional yang dikenal mundial. Tokoh yang saat dia mulai dikenal, memilih menyepi bersama alam dan anak-anak yang menjadi harapa masa depan.
Saat ini Ma'arif bisa dimajukan, meski bagi saya ia sedikit terpeleset saat menjadi dewan penasehat Nasional Demokrat, yang sekarang lebih kedengaran gaung partainya ketimbang ormas yang mengaku tak ingin jadi partai itu.
Gus Dur telah wafat. Nurcholis Madjid salah satu yang bersahaja pun telah pergi. Sebenarnya saya berharap Sindhunata mau tampil ke permukaan, tapi ia konsekuen dengan pilihan hidupnya. Dan, sepertinya memang membaca tulisan Romo Shindu lebih nikmat ketimbang ia muncul di TV. Saya khawatir, nanti dia juga tertular virus pepesan kosong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H