Tim Dosen dan Mahasiswa FPIK UB Memberi Pelatihan Pembuatan Pakan Alami kepada Pembudidaya Ikan di Desa Penataran, Kabupaten Blitar
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) merupakan salah satu program pengabdian kepada masyarakat yang wajib diikuti oleh mahasiswa sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Melalui KKN-T, mahasiswa diharapkan dapat berkontribusi langsung dalam memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat. Salah satu program kerja unggulan yang diusung oleh Kelompok 30 dalam KKN-T FPIK UB kali ini adalah budidaya maggot BSF (Black Soldier Fly) sebagai solusi pengelolaan limbah organik dan penyediaan pakan alami untuk ikan.
Apa Itu Maggot BSF?
Â
Maggot merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) sehingga sering disebut maggot BSF. Lalat BSF sendiri memiliki nama latin Hermetia illucens. Bentuknya mirip ulat, berbuku dengan ukuran larva dewasa 15-22 mm dan berwarna coklat. Siklus hidup lalat BSF kurang lebih selama 40- 43 hari. Larva/maggot BSF bertahan selama 14-18 hari sebelum bermetamorfosis menjadi pupa dan lalat dewasa. Maggot BSF ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan protein tinggi untuk ternak, seperti ayam dan ikan. Selain itu, residu atau yang biasa disebut kasgot yang dihasilkan juga dapat dijadikan pupuk organik yang baik untuk pertanian.
Mahasiswa Universitas Brawijaya yang tengah mengikuti program Kuliah Kerja Nyata - Tematik (KKN-T) di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar yang dilaksanakan dari tanggal 8/7/24 s.d 5/8/24, mereka  melihat adanya potensi perikanan yang sangat besar dalam desa ini. Kelompok 30 KKN-T Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, berinisiatif untuk melaksanakan program budidaya maggot BSF sebagai salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan limbah organik sekaligus menyediakan pakan ikan yang lebih ekonomis dan berkualitas tinggi di desa tersebut.
Desa Penataran, dengan potensi perikanannya yang besar, menjadi tempat yang ideal untuk menerapkan program ini. Melalui program ini, diharapkan masyarakat setempat dapat mengelola limbah organik secara lebih efektif dan mendapatkan sumber pakan ikan alami yang dapat meningkatkan produktivitas budidaya perikanan mereka. Kepala Desa Penataran, Kateno, SE., menyambut baik ide tersebut demi menunjang Desa Penataran menjadi desa yang lebih produktif dan mandiri.
"Semoga program budidaya maggot BSF ini bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat agar mampu dan mau berternak dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat serta membuat masyarakat sadar bahwa dari sampah dapat bernilai ekonomis" kata Pak Kateno.
Program kerja budidaya maggot BSF ini juga memberikan bentuk fisik berupa rumah maggot beserta dengan fase maggot dari telur hingga lalat. Ukuran dari rumah maggot itu sendiri adalah 2x2 meter,yang bertempat di lahan milik pak dahlan. Pembuatan rumah maggot ini dimulai dari tanggal 15/07/2024 hingga tanggal 23/07/2024. Kemudian setelah rumah maggot sudah jadi dilakukannya kegiatan sosialisasi kepada pembudidaya ikan di Desa Penataran.
Kegiatan sosialisasi budidaya maggot BSF ini dilakukan pada 30/7/24 yang diikuti oleh para pembudidaya ikan. Mereka berpartisipasi aktif membantu dalam hal sarana dan prasarana budidaya maggot ini. Kegiatan ini dilakukan di lahan milik Pak Dahlan. Beliau merupakan pembudidaya ikan gurame berskala rumahan yang  mempekerjakan warga di sekitar wilayah tersebut.