Mohon tunggu...
Ekstrimis Tengah
Ekstrimis Tengah Mohon Tunggu... -

Menulis satu tahun cahaya sekali... \r\nKecuali menabrak objek yang menarik...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Album Perdana Virzha : "Satu"- Sebuah Kolase Rasa, Kisah, & Jiwa

18 Maret 2015   11:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:29 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini bukanlah sebuah ulasan. Hanya sedikit berbagi pengalaman mendengar album Satu dari Virzha. Dan sebelum mulai hanya ingin mengingatkan :  bila anda bukan penggemar, maafkan atas subyektifitas yang berusaha saya tanggalkan namun gagal. Sungguh sudah bekerja keras untuk menjadi ‘netral’, namun itu melawan hukum alam, karena obyektivitas di dunia hanyalah ilusi. Dan bila anda seorang penggemar, anda pun harus memaafkan saya, karena ‘sok tahu’ adalah nama tengah saya dan tidak benar-benar paham musik, istilah-istilahnya pun saya tidak tahu, serta hanya berkata jujur tentang apa yang saya rasakan. Juga untuk jenis yang lain, saya minta maaf karena kemungkinan anda tidak mengerti  saya ngomong apa (demikian pula saya).

Seringkali lagu-lagu di radio membutuhkan waktu lama untuk bisa ditangkap seseorang yang pikirannya ruwet, padahal yang dibutuhkan hanya telinga dan hati yang terbuka untuk menerima apapun... Baiklah saya mulai dengan hati-hati…  Ketika pertama kali mendengar 11 lagu dari album Satu, percaya ini lagu-lagu yang akan meledak dan sering bertengger di radio, semuanya nyaman dan mulus kedengarannya. Hanya saja untuk satu putaran pertama, hampir tidak bisa membedakan, terutama 6 lagu yang ada di tengah (nomor 5 sampai 10), semua terasa familiar, tapi jatuh cinta toh tak harus pada pandangan pertama. Saya pun mulai menceburkan diri ke ‘kolam’ itu, setelah putaran kedua, barulah mengenali dengan jelas perbedaannya, warna-warna di tiap lagu, dan semakin menyelam ke dalam, di tiap lagu itu sendiri ada begitu banyak pecahan, disusun dari berbagai referensi menjadi satu bangunan, sehingga kadang orang-orang yang memiliki referensi terbatas, seperti saya, berhasil menemukan satu potongan kecil saja sudah girang : ah ini Ahmad Dhani, Andra and The Backbone, Gotye, Daft Punk, Aerosmith, Queen, Foo Fighters, Temper Trap, Blur, Smashing Pumpkin, entah apa lagi, yang mana ternyata hanyalah potongan-potongan kecil saja dengan begitu banyak varian dan turunan. Sudah tak ada lagi yang dominan, tidak ada lagi identik apa-siapa. Sehingga ketika direkatkan dalam satu bingkai, muncullah sebuah lukisan baru : sebuah kolase yang penuh rasa -  kisah - dan memiliki jiwanya sendiri, yang uniknya seperti bisa berada di jaman apapun, masih dalam kanvas musik rock sekaligus pop, 'ekletik' kalau boleh saya menyebutnya. Virzha seorang musisi yang  memiliki rasa ekletik dalam musiknya. Ia tidak mengacu pada satu dua sumber inspirasi, melainkan memilih potongan-potongan sesuai cita rasanya dari berbagai sumber dan masa yang ia anggap baik dan meletakan itu di tempat-tempat yang menurut ia tepat. Tentu saja ini Virzha. Karena semua yang ada di belakang suaranya, disaring dan terekspresi keluar lewat jiwanya. Dan satu hal yang saya rasakan,  walau digarap dalam tempo sesingkat-singkatnya, ini bukan sekedar sekumpulan lagu-lagu cinta tanpa nyawa, seperti ada energi positif mengalir di tiap lagunya, baik di lagu ciptaannya maupun bukan. Bukan lagu ‘keren-kerenan’ yang kosong, walau kategorinya tetap komersil. Saya rasa memang dikerjakan sepenuh cinta... Dan Virzha tidak bekerja sendirian, Risky Ares selaku pengaransemen dan produser musik yang melanjutkan ide-konsep-materi Virzha hingga menjadi satu album, kecuali lagu Kamu Cantik Hari Ini oleh Ale Juliette. Label yang bekerja keras untuk tak sekedar memikirkan hal komersil namun juga karya yang baik bagi industri musik Indonesia, produser Alfiansyah dan Rifandi Rusli, A&R Ai Lauda, dan seluruh tim dari Alfa Records. Terima kasih atas album ini, sebuah persembahan terbaik untuk penggemar...

1. Aku Lelakimu

Album Satu bukan sekedar kumpulan lagu-lagu, ia juga rekam jejak perjalanan seorang Virzha. Menyusur kembali ke belakang, saat kamera tv & sorot lampu spektakuler mengarah padanya, sebuah tembang lawas milik Anang Hermansyah yang membawa Virzha kepada penampilan puncaknya... Saat itu telah lewat, dan ia harus kembali bekerja keras untuk mendapatkan satu titik di industri musik. Dan sebuah nomor perdana keluar... Jitu menembak sasaran, video musik Aku Lelakimu di Youtube sampai hari ini mencapai 2,5 jt penonton. Dan akhirnya album perdana... Keteguhan cinta seorang laki-laki sejati didaraskannya lewat bait-bait puitis ciptaan seorang Pongki Barata, dan apa yang saya sangat suka dari tekstur suara Virzha bahwa ia tidak pernah bisa membawa sebuah lagu menjadi cengeng. Ini sebuah tembang yang menegarkan. Dari seluruh lagu di album ini, lagu Aku Lelakimu terasa sangat visual. Bagian terbaik dalam aransemennya buat saya ada di tengah awal, dimana jalinan permainan piano yang menyerupai gelombang bergulung-gulung dengan suaranya.  Ada liukan gitar yang memberi sentuhan rock 90’an, menjelang akhir sentuhan orkestra kian menguat berputar-putar seumpama angin ribut, saya membayangkan Virzha bernyanyi bagaikan konduktor pada akhirnya menguasai keadaan. Sukses, lagu ini berkumandang di radio-radio. Dan sepertinya kabar baik juga datang dari penjualannya di iTunes. Semoga awal yang manis terus berlanjut...

2. Jangan Simpan RIndu

Setelah dibuka dengan kisah cinta yang megah dan berderai air mata, pada lagu kedua dengan ringan Virzha membaliknya, mengembalikan kesederhanaannya lewat gonjrengan gitar yang santai. Berkisah tentang sebuah hubungan yang membuatnya frustasi sekaligus takluk, diekspresikan Virzha lewat nada-nada yang kian meninggi di bagian ulangan (refrain), di sisi lain musiknya mengalir riang dan segar. Tidak hanya sekali ini Virzha membawa permainan ambiguitas ke dalam lagu, liriknya sendiri boleh memiliki banyak persepsi, sedikit permainan lafal sehingga kata ‘turut’ terdengar seperti ‘jenuh’. Saya mereka-reka pesan baik dari komposisi ini, sepeti meringankan... Sebuah hubungan yang kadang mandeg tak lepas menimbulkan rasa frustasi, seperti hidup, jalani saja... Dan ‘gonjrengkan’ sepanjang jalan…

3. Hadirmu

Virzha selalu sedehana dalam bertutur, untuk menyampaikan pemikirannya yang luas sekalipun. Pada awalnya saya merasa lirik-lirik jenis ini akan tenggelam di balik suara & musiknya sendiri. Namun ketika saya mencoba membaca teks-teks di album Satu terpisah tanpa lagu,  unik lirik-lirik yang nampak kalem itu terangkat, berbunyi lebih nyaring justru dalam hening. Bukan kalimat berbunga seperti umumnya lagu pop. Sehingga segera saja dengan mudah saya menemukan ke-khas-an dari 6 lagu ciptaannya itu, termasuk juga judul-judulnya : Hadirmu, Untukmu,  Rasaku, terasa tenang dan teduh. Namun juga untuk judul-judul yang lain, sekalipun berbeda-beda, pesannya memiliki persamaan diksi : jangan simpan-simpan rindu,  jangan coba-coba mengubah cinta, jangan berpura-pura, semacam peringatan untuk jangan menjadi yang lain selain dirimu. Dari semua lagu ciptaannya yang konon didedikasikan untuk Tuhan, Hadirmu memiliki  nuansa refleksi yang paling kental. Virzha membawa Yang Esa begitu dekat, bagai kekasih yang sangat dirindu. 'Walau tak pernah kulihat parasmu…,' kata-kata ini terngiang di kepala saya… Diawali kord sederhana, liukan falsetto-nya seakan memanggil memasuki sebuah koridor panjang dengan piano dan sebuah lilin di akhir ruang. Ditemani cello… Hal kecil saja, merasa bunyi marakas terlalu cepat masuk sebelum rasa hening saya benar terbentuk. Sempat Virzha bercerita, kalau nomor ini pada awalnya dibuat sangat blues dengan harmonika sebagai pembuka… Mendengar kata harmonika saja rasanya sudah seperti angin segar menerobos masuk ke hati, apalagi kalau ada gonjrengan sengau-sengau sitar misalnya…? Saya sekedar membayangkan seandainya Virzha menawarkan satu nomor saja dengan warna berbeda ke dalam album yang berisi 11 lagu, seperti yang diceritakan di wawancara Desember lalu? Terkadang pasar juga butuh mendengar yang lain setelah jenuh dengan musik-musik yang beredar sekarang. Semacam Grammy 2015 kemarin yang memenangkan Beck Hansen untuk album terbaik mengalahkan Beyonce dan lain-lainnya. Benar-benar sebuah refleksi. Tapi sekali lagi ini hanya sekedar pikiran 'main-main' seseorang yang tak paham industri musik. Dan apapun bayangan saya di atas tidak menampikkan kalau lagu Hadirmu adalah ‘roh’ di dalam album Satu ini.

14265665642038177257
14265665642038177257


4. Kita yang Beda

Dari semua lagu di album Satu, nomor ini yang memiliki kisah utuh, seperti halnya drama. Lagu ciptaan Indra Perdana Sinaga (Naga Lyla) ini mengangkat isu kompleks, dikisahkan tanpa harus terjebak ke dalam  pernyataan sikap. Sebuah kepasrahan yang dilagukan dalam pop manis, walau akan sangat menyayat bagi mereka yang pernah mengalami kondisi dilematis ini. “Tuhan kita cuma satu, kita yang berbeda…”,  kebenaran diungkap ke tengah masyarakat Indonesia yang plural. Semoga membawa keteduhan. Sesekali ingin sekali saya melihat Virzha membawakannya sendiri hanya dengan piano, sebuah kisah yang konon pernah dialaminya sendiri…

5. Jika

Wooooaaahh...!!! Sebuah tornado kecil keluar dari alat pengeras suara, memecah habis dinding pertahanan yang sejak awal meredam saya untuk tidak melonjak-lonjak dari bangku kala mengemudi...! Gitar itu meraung bersama drum bas berputar-putar membangun terowongan, dimana suara Virzha menyeruak dari kedalamannya... Pembukaan yang menggelora! Sekejap saja tubuh saya disengat energi, sebuah tanda saatnya untuk bersenang-senang dan sedikit berantakan! Haha… Mengingatkan kembali apa yang saya butuhkan dari seorang Virzha, kenapa saya selalu butuh seorang bintang rock, membantu melepas sedikit saja ‘kegilaan’ di jiwa untuk meraga… Semua di dalam lagu ini  terasa pas, ibarat sebuah mesin semua komponennya bekerja dengan perhitungan yang tepat dan solid, seperti sebuah band yang bersinergi tahunan. Tidak semua musik distorsi mampu menghibur saya, namun selalu ada nada positif dalam lagu-lagu Virzha sekeras apapun. Apalagi liriknya  mengandung arti. Dipastikan lagu ini yang akan saya tunggu-tunggu saat menonton konser langsungnya  dengan band lengkap! Walau di kata pertama : “Jika…” , seperti ada efek suara yang sering digunakan Ahmad Dhani dalam lagu-lagunya sehingga orang otomatis terasosiasi kepada beliau dan mengatakan Virzha ke-Dhani-Dhani-an? Susah juga menjelaskannya karena memang kebetulan suara rendahnya mirip. Masak dia harus berpura-pura tidak mirip? Sudahlah… ‘Jangan coba-coba’ untuk mengelak kalau ini lagu yang asik! Dan mulailah curiga, bila “matahari tak seterang biasa…” hoho!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun