Keadaan lingkungan selalu menjadi sorotan masyarakat, khususnya perihal sampah. Permasalahan terkait sampah belum 100% terselesaikan sampai saat ini. Terhitung pada tahun 2022, Indonesia memproduksi paling sedikit sebanyak 21 juta ton sampah per tahunnya Masyarakat menganggap sampah merupakan hal yang menjijikan, kotor, dan bau, tetapi tidak ada bentuk upaya masyarakat untuk menyelesaikan masalah sampah di lingkungan sekitarnya. Dalam mengatasi permasalahan sampah yang terjadi di Indonesia, tentu saja kita tidak bisa sepenuhnya mengandalkan usaha dari pemerintah, tetapi masyarakat juga harus memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengubah kebiasaan buruk dalam pengelolaan sampah, khususnya bagi generasi muda. Dewasa ini, ternyata terdapat para milenial yang masih memperjuangkan isu terkait pengelolaan sampah yang saat ini menjadi bahan perbincangan khalayak, yaitu Pandawara Group.
Keadaan lingkungan selalu menjadi sorotan masyarakat, khususnya perihal sampah. Permasalahan terkait sampah belum 100% terselesaikan sampai saat ini. Bagaimana tidak? meskipun sebagian masyarakat sudah menyadarinya, namun tidak sedikit juga masyarakat yang masih kurang peka terhadap kebersihan lingkungan di sekitarnya, salah satunya dalam hal pengelolaan sampah yang belum benar. Masyarakat menganggap sampah merupakan hal yang menjijikan, kotor, dan bau, tetapi tidak ada bentuk upaya masyarakat untuk menyelesaikan masalah sampah di lingkungan sekitarnya.
Di Indonesia, sampah menjadi permasalahan yang cukup krusial. Sebagian besar sampah yang menumpuk merupakan sampah padat domestik. Sampah padat domestik adalah limbah yang berasal dari pemukiman penduduk atau rumah tangga. Biasanya, sampah padat domestik dapat berbentuk sisa makanan, kertas, plastik, dan sebagainya. Lalu apa bedanya dengan sampah non domestik? Sampah padat non domestik merupakan limbah yang berasal dari industri atau perkantoran. Sampah non domestik dapat berupa bahan kimia, pestisida, minyak rem, dan sebagainya.
Krusialnya permasalahan sampah di Indonesia dapat dilihat dari data yang disajikan oleh Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Faktanya, sebagian besar sampah yang ada di Indonesia dengan persentase sebesar 64% bersumber dari rumah tangga dan pusat perniagaan. Terhitung pada tahun 2022, Indonesia memproduksi paling sedikit sebanyak 21 juta ton sampah per tahunnya. Dari produksi sampah tersebut, hanya sebanyak 13 juta ton sampah yang terkelola di TPA per tahunnya dan sebanyak 7 juta ton sampah tidak terkelola atau dibiarkan mencemari lingkungan sekitar. Dengan data tersebut, dapat dihitung bahwa masyarakat Indonesia mampu menghasilkan sebanyak 67 ribu ton sampah per hari.
Banyaknya jumlah sampah yang tidak terkelola ini mampu memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat. Tumpukan sampah yang tidak terkelola ini sering kita temui di saluran air, lahan kosong, dan di bantaran sungai atau kali yang kerap menyebabkan bencana yang sering terjadi, yakni banjir. Seperti di Kota Depok, tepatnya di Jalan Kartini, pasti selalu terjadi banjir saat hujan melanda dan dapat mengganggu lalu lintas yang disebabkan oleh saluran air di pinggir jalan yang tertutup oleh tumpukan sampah sehingga air hujan meluap hingga ke jalanan. Selain itu, pada Juli 2023 di Kota Semarang juga terjadi banjir dan ditemukan tumpukan sampah rumah tangga di bantaran Sungai Kaligarang yang diduga berasal dari pemukiman tinggi yang terbawa hingga ke hilir Sungai Kaligarang ketika hujan.
Dalam mengatasi permasalahan sampah yang terjadi di Indonesia, tentu saja kita tidak bisa sepenuhnya mengandalkan usaha dari pemerintah, tetapi masyarakat juga harus memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengubah kebiasaan buruk dalam pengelolaan sampah, khususnya bagi generasi muda. Generasi muda atau Gen Z saat ini justru semakin tidak memperdulikan lingkungan di sekitarnya. Zaman sekarang banyak masyarakat sudah menerapkan kebiasaan untuk mengurangi sampah plastik dengan cara membawa botol yang dapat dipakai berkali-kali, mengganti penggunaan sedotan plastik dengan sedotan kertas atau kayu, dan mengganti penggunaan kantong plastik menjadi kantong kertas atau totebag. Namun masih banyak generasi muda dan masyarakat yang tidak peduli dengan upaya pengurangan penggunaan plastik tersebut dan tetap melakukan kebiasaan buruk dengan tidak memilah sampah organik dan anorganik dan membuang sampah di pinggir jalan, saluran air, bahkan ke sungai seakan-akan disitulah tempat membuang sampah. Terlepas dari oknum yang melakukan hal tidak terpuji tadi, ternyata masih ada para milenial yang masih memperjuangkan isu terkait pengelolaan sampah. Belakangan ini, viral beberapa video para pemuda yang membersihkan sampah pada sungai dengan tumpukan sampah yang ekstrim. Kelima pemuda ini memiliki nama yakni Pandawara Group yang ternyata mengabadikan momen membersihkan tempat-tempat yang banyak tumpukan sampah padat domestik melalui aplikasi Tiktok.Â
Pandawara Group terdiri dari 5 orang pemuda yang bertempat tinggal di Kota Bandung. Awal mula mereka melakukan kegiatan membersihkan saluran air dan sungai karena mereka menjadi korban banjir dimana tempat tinggal mereka selalu terjadi banjir saat hujan. Dari keresahan mereka terhadap banjir menjadi latar belakang mereka bersama melakukan upaya pencegahan banjir dengan mengurangi sampah yang menyumbat berbagai saluran air. Sejak Oktober 2022, mereka telah melakukan kegiatan ini di 80 titik sungai dan saluran air di kawasan Kota Bandung. Bagi mereka, tidak ada rasa jijik saat membersihkan sampah tersebut tetapi justru perasaan tanggung jawab yang melandasi kegiatan pembersihan sampah ini. Mereka juga berharap aksi yang mereka lakukan secara konsisten ini mampu menginspirasi dan mengajak para milenial lain di berbagai daerah melakukan hal yang sama sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.Â
Kegiatan yang dilakukan Pandawara Group banyak menuai pujian dan respon positif dari netizen bahkan dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Aksi Pandawara juga mampu memotivasi anak muda untuk melakukan hal serupa dan dimulai dengan hal yang sederhana. Dengan adanya contoh dari Pandawara, para milenial dapat menjadikannya sebagai semangat dan motivasi untuk memulai aksi yang sama di daerahnya masing-masing. Selain itu, dengan kasus Pandawara juga kita harus sadar dan aware terkait permasalahan yang ada di lingkungan kita. Apakah perlu menjadi korban bencana dulu baru mau melakukan perubahan? Ada pepatah mengatakan bahwa "Mencegah lebih baik daripada mengobati." Artinya, selagi kami sebagai generasi muda memiliki tenaga dan wawasan yang luas, kita perlu melakukan upaya untuk menjaga lingkungan sekitar kita agar tidak terjadi bencana. Kita bisa mencegah terjadinya banjir dengan memastikan sungai dekat tempat tinggal kita bersih, tidak ada sampah yang menghambat, dan tidak bau. Kita juga melakukan kerja bakti di sekitar tempat tinggal untuk membersihkan saluran air, mengubur sampah organik, dan mengadakan kegiatan Bank Sampah di lingkungan RT atau RW. Gen Z juga mampu memberikan edukasi kepada orang tua terkait pemilahan sampah dan mengelola sampah plastik menjadi barang yang berguna atau dikumpulkan pada Bank Sampah. Kebiasaan untuk mengelola sampah yang baik secara bertahap dapat menjadi upaya masyarakat untuk mengurangi permasalahan sampah di negara kita dan akan membawa dampak positif bagi diri kita sendiri.
Â
Referensi: