Mohon tunggu...
inge januar
inge januar Mohon Tunggu... -

Saya adalah murid abadi Kehidupan, mengalami proses Kehidupan, menerima Kehidupan, dan mencintai Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Marriage

13 April 2011   10:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:50 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

They live happily ever after… Semua orang ketika masuk dalam pernikahan pasti menginginkan perkawinan yang bahagia. Mereka membawa modal cinta yang besar dalam pernikahan. Namun siapa yang sangka, dalam perjalanan hidup, membuat pernikahan yang bahagia, solid ternyata begitu complicated. Impian dan harapan yang begitu indah, mulia dari sejak awal menjadi cita-cita bagi setiap pernikahan ternyata kenyataannya begitu berbeda. Banyak hal yang membuat pernikahan menjadi statis, beku, dan mati. Siapa yang patut dipersalahkan teman-teman…?? Tentu kedua-duanya. Sebagai contoh, perempuan sederhana, cukup berpendidikan, baik hati, cantik, pintar masak dan mengurus anak ternyata tidak cukup bagi seorang pria berbahagia dalam pernikahannya. Karir suami yang berkembang pesat, lingkungan tempat bekerja yang begitu menantang, berteman dengan orang-orang  yang menarik, cantik, bisa diajak berdiskusi membuat rasa cinta seorang suami kepada istri mulai terkikis. Suami jenuh, bosan dengan situasi rumah. Perbedaan kehidupan sehari-hari antara rumah dan tempat kerja/usaha terlihat nyata. Mulailah kesakralan pernikahan mendapat tantangan yang sulit. Keadaan ini banyak yang tidak diantisipasi oleh suami ataupun istri. Mereka terlena bahwa pernikahan mereka oke-oke saja. Tapi kenyataannya bahtera pernikahan telah bocor di dalamnya. Mulailah suami mengeluh, istri tidak bisa diajak komunikasi. Istri merasa suami kurang memperhatikan perasaannya, sibuk dengan pekerjaan, menjadi lebih pendiam, semua seperti take it for granted (sudah semestinya), suami dan istri menganggap sudah harus saling mengerti dan menerima kondisi tersebut. Memang tidak mudah berkomunikasi. Mudah diucapkan tapi susah menjalaninya. Karena komunikasi itu sendiri menurut saya ada yang unspoken communication dan spoken communication. Bagaimana seorang suami berani cerita kepada istrinya kalau dia mulai tertarik dengan kolega/teman wanita di tempat kerja/usahanya? Sebaliknya juga demikian, bagaimana istri berani mengaku bahwa ada pria yang sedang mengejar-ngejar dirinya? Kalau dari awal pernikahan pasangan suami-istri tidak punya commitment kuat untuk menjaga, mempertahankan pernikahan tetap solid, tanda-tanda perceraian hati akan mulai kelihatan. Sampai pada akhirnya mereka bercerai. Dengan alasan sudah tidak ada kecocokan di antara keduanya. Teman-teman, setiap orang bisa berubah. Suami kita bisa berubah. Istri kita bisa berubah. Kondisi perkembangan teknologi yang demikian pesat, persaingan kerja/usaha yang begitu tinggi, masalah keuangan yang ketat, keluarga yang dikaruniakan anak yang berkebutuhan khusus (contoh: autis, tuna wicara, tuna rungu,dll), hubungan bermasalah dengan keluarga besar masing-masing menuntut perhatian yang luar biasa dari suami dan istri. Tekanan-tekanan hidup seperti contoh di atas membuat suami atau istri menjadi stress. Mereka butuh rasa nyaman. Perasaan tidak enak hati untuk saling mengungkapkan ketidakpuasan kepada pasangannya, menghindari konflik, penerimaan yang palsu dari keadaan suami/istri membuat WIL (Wanita Idaman Lain) dan PIL (Pria Idaman Lain) mulai masuk dalam pernikahan mereka. Buat saya, cinta itu harus bertumbuh. Dirawat, dijaga, dibuat tidak monoton (maksud saya romance, harus tetap ada). Pria yang baik dan dewasa akan memberikan “ruang” untuk istrinya bertumbuh dengan segala potensi yang dimilikinya. Suami tidak akan bosan karena istrinya seorang yang dinamis. Istri yang saleh dan mendukung suami adalah percaya suaminya, menjadi pendengar yang baik, menghargai dan mendukung keputusan suami dalam karir. Dijadikan kepala rumah tangga. Memenuhi kebutuhan seksual yang cukup, mudah beradaptasi dan terakhir memberi  ruang untuk suaminya berbuat salah (bisa mengampuni). Satu hal yang juga tidak bisa kita lupakan adalah kasih karunia dari Tuhan yang membuat pernikahan bisa bertahan walau mengalami banyak badai. Suami-istri yang religius (benar-benar menerapkan nilai-nilai Illahi) akan sangat menolong pernikahan mereka bisa tetap langgeng. (http://ekspresihati.wordpress.com/2010/04/23/marriage/)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun