Mohon tunggu...
Ekspedisi Mencari  Tuhan
Ekspedisi Mencari Tuhan Mohon Tunggu... -

Aku adalah musafir yang sedang berkelana "mencari" Tuhan. Menempuh perjalanan beribu kilo dari kota ke kota dari desa ke desa untuk mencari Tuhan Yang Hilang dalam hidupku. Visi dan Misi ku adalah: 1. Membuktikan kebesaran dan keberadaan Tuhan didalam diriku. 2. Membuktikan bahwa Tuhan itu ada dan Maha Pengasih serta Maha Penyayang terhadap hambanya. 3. Menawarkan salah satu ginjal untuk di donorkan kepada siapa saja yang benar-benar membutuhkan (bukan menjual ginjal) dan 4.Semoga selama kegiatan ini aku lakukan, Allah mempertemukan aku dengan seorang yang bisa mengangkat harkat dan martabat keluargaku.. Semua artikel adalah OPINI berdasarkan catatan harian yang aku dapatkan selama diperjalanan dan aku posting disela-sela perjalananku sebagai seorang musafir. (ekspedisimencarituhan@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku Siap Hidup dengan 1 Ginjal Demi Anak Istriku

1 Oktober 2013   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah hampir 3 bulan ini aku berkelana menjadi musafir, akhirnya aku kembali pada sebuah kesimpulan bahwa “Kehidupan Masih Terus Berjalan”. Jujur saja perjalanan Ekspedisi Mencari Tuhan ini aku lakukan di tengah-tengah himpitan ekonomi yang maha dasyat, ditengah-tengah keterpurukan hidup dan ditengah-tengah tekanan yang sangat kuat dan sangat menteror fisik dan mental ku dan juga keluargaku.  Perjalanan menjadi seorang musafir ini aku lakukan semata-mata sebagai salah satu ikhtiar batin untuk mendukung ikhtiar lahir yang akan terus saya lakukan untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Salah satu catatan penting dalam perjalanan ini adalah:


  • Sampai saat ini, walaupun ditengah-tengah tekanan yang cukup kuat, ternyata Allah SWT masih memberikan umur panjang dan bahkan kesehatan kepadaku yang sebenarnya sudah sempat putus asa, ingin mengakhiri hidup dan merasa sudah tidak ada harapan lagi. Namun Allah SWT ternyata masih juga mempertahankan nyawaku dan bahkan memberikan kesehatan kepadaku. Aku jadi berkeyakinan bahwa diriku “belum habis”. Allah SWT masih memberikan aku kesempatan untuk berusaha, walaupun sampai saat ini aku  sendiri juga belum menemukan dimana titik akhir dari ujian berat ini.
  • Ditengah-tengah keterpurukan dalam segala hal (terutama ekonomi), Allah SWT mengirimkan seorang bayi mungil kepadaku. Untuk aku besarkan dan pelihara seperti anak kandungku sendiri. Aku merasa senang, karena memiliki anak adalah dambaan hidupku sejak awal menikah dulu, namun juga sedih karena amanah itu dating disaat kondisi ekonomiku sedang sangat parah dan terpuruk. Beban hutang yang menumpuk yang diwarnai dengan tekanan, terror dan intimidasi. Aku sendiri juga tidak tahu, bagaimana caraku untuk bisa menjalankan amanah ini?. Merawat dan memelihara seorang anak bayi, tanpa sumber penghasilan sama sekali.


Kini aku hanya bisa berharap agar secepatnya aku bertemu dengan seseorang yang akan bisa mengangkatku menjadi manusia yang lebih baik, menjadi manusia baru yang special, menjadi seseorang yang hidupnya selalu memberi manfaat bagi orang lain. Aku sangat berharap secepatnya bertemu dengan orang yang benar-benar membutuhkan salah satu ginjalku untuk menolong kehidupan dirinya atau keluarganya. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menjual atau mengkomersilkan salah satu anggota tubuhku itu. Namun aku ingin bisa berbuat suatu kebaikan yang riil. Aku sama sekali tidak akan minta uang kepada mereka yang membutuhkan salah satu ginjalku. Namun jujur aku sangat berharap bahwa orang yang menerima donor ginjalku nanti bisa memberikan pekerjaan yang layak kepadaku. Aku ingin bekerja dan mendapatkan rezeki yang halal untuk anak dan istriku. Ambisi untuk menjadi orang kaya raya seperti yang pernah berkecamuk dalam diriku sudah aku buang jauh-jauh. Bagiku yang paling penting sekarang adalah bagaimana bisa memberikan rezeki yang halal untuk istriku, anak asuhku dan orang tuaku. Biarpun hidup sederhana, namun aku berharap kehidupan itu akan berlangsung tenang, nyaman dan damai. Aku ingin mencurahkan semua hidupku untuk orang-orang yang aku cintai: istriku, anak asuhku (dan syukur-syukur setelah ini Allah SWT memberikan kepercayaan kepadaku untuk memiliki anak kandung sendiri), orang tuaku, mertuaku dan saudara-saudaraku. Aku ingin memberikan yang terbaik buat mereka. Syukur-syukur Allah SWT menjawab doaku yang ingin menjadi ahli sodaqoh, mampu menyantuni anak-anak yatim dan dhuafa.

Mudah-mudahan, dengan jalan donor ginjal ini, aku bisa bertemu dengan orang yang bisa memberikan aku pekerjaan yang layak agaraku bisa membahagiakan keluargaku. Aku siap hidup dengan satu ginjal dan bahkan aku siap untuk mati karena pilihan hidupku ini. Aku hanya ingin membahagiakan keluargaku. Semoga Allah SWT mendengar keinginanku ini. Dalam perjalanan menjadi musafir, beberapa kali aku bertemu dengan orang-orang yang mau membayar ginjalku dengan nilai puluhan bahkan ratusan juta, namun aku melihat mereka bukanlah orang yang aku cari, mereka hanya sekedar orang-orang yang menjadi “maklar” organ tubuh. Aku ingin langsung bertemu dengan orang yang betul-betul membutuhkannya. Aku tidak akan minta bayaran. Aku hanya akan minta pekerjaan agar aku bisa menghidupi dan membahagiakan keluargaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun