“Saya pikir Donald hanya mempersiapkan kritikan dan serangan untuk debat ini. Dan ya, tentu saja saya pun mempersiapkannya. Anda tahu apalagi yang saya persiapkan? Saya mempersiapkan diri untuk menjadi Presiden Amerika.”
Seperti meledek pesaingnya, Clinton – kebanyakan pengamat setuju dia tampil lebih baik dalam debat kandidat pertama Selasa malam waktu setempat, telah membuat Donald Trump terdesak dan hanya bisa bertahan terhadap berbagai serangan: rasisme, kebohongan pajak, kebohongannya terhadap hal-hal yang lain, cara bisnisnya yang buruk, temperamennya, pandangannya terhadap perempuan, hingga kesiapannya menjadi presiden Amerika.
Ada ungkapan yang belakangan populer: mulutmu, harimaumu! Clinton dengan cerdik berhasil menggunakan kata-kata yang keluar dari mulut Trump selama kampanye sebagai senjata. Tak hanya berhasil menciptakan "harimau", Clinton pun berhasil mempermainkan temperamen lawan politik, menghindar dari kesalahan fatal, dan dengan tenang menampilkan dirinya lebih cocok mengenakan jubah kepresidenan ketimbang lawan politiknya.
Sebaliknya terjadi pada Trump. Dia berulang-ulang menyatakan klaim yang salah, berulang-ulang melakukan interupsi tak sabar sehingga harus diingatkan oleh moderator (dalam debat, masing-masing kandidat memiliki waktu untuk berbicara dan ada etika harus mendengarkan saat bukan gilirannya), bersikap agresif, dan fatalnya beberapa kali menyampaikan pesan yang salah.
Dia mengklaim dirinya tidak mendukung invasi Amerika ke Irak – faktanya, beberapa kali dalam wawancara dengan media dia menyatakan hal sebaliknya. Bahkan pernyataan dukungan dia nyatakan sebelum serangan AS ke Irak pada 2003 terjadi.
Ketika diserang sikapnya yang merendahkan perempuan karena menyebutnya sebagai “babi” (merujuk panggilan Miss Piggy kepada peserta kontes kecantikan Alicia Machado), Trump memilih tidak menjawab, apalagi meminta maaf. Belakangan setelah acara debat usai, dia punya “alasan khusus” mengapa tidak menjawab serangan tersebut. Katanya: dia tidak ingin menyerang Hillary Clinton karena suami dan anaknya ada di sana. Dia berpikir serangan itu bisa dianggap sikap kurang ajar untuk Chelsea (anak Clinton) dan keluarganya!.
Trump juga membuat pesan keliru ketika disinggung keengganan dirinya untuk merilis laporan pajak. Clinton dengan cerdik menyerangnya, sekaligus menambahkan “bumbu asyik” yang menjelaskan kenapa Trump menolak merilis laporan pajak. Kata Clinton: dia mungkin tidak sekaya seperti yang selama ini dia katakan, dia mungkin tidak semurah hati seperti yang sering dia kemukakan, dia mungkin hutangnya banyak, dan dia mungkin tidak membayar pajak! Dan jawaban Trump adalah: “Itu semua membuktikan saya smart.” Jawaban yang hanya menegaskan bahwa Trump bukanlah pembayar pajak yang taat!
Ketika Hillary mengingatkan Trump adalah tipe pebisnis yang ingin pasar hancur karena bisa meraih keuntungan besar dengan memborong properti murah setelah krisis, Trump langsung buru-buru memotong: “Itu namanya bisnis!” Mungkin ia benar itu semua hanya bisnis. Tapi itu terlalu dingin, seperti kata-kata para mafia yang membunuh kawannya: sorry bung, ini hanya bisnis! Bayangkan apa yang ada di kepala para pemilih kelas menengah Amerika, tentunya dia harus berkawan dengan mereka, yang kehilangan pekerjaan dan hipotek ketika krisis terjadi pada 2006?
Jajak pendapat, pengamat, dan kebanyakan analisis media sepakat: Clinton telah memenangkan panggung pertarungan babak pertama dengan telak. Meskipun, dalam sejarah pemilihan presiden Amerika, kemenangan debat belum berarti kemenangan dalam pemilihan.
Debat hanyalah panggung pertunjukan. Seperti sebutannya panggung,masing-masing kandidat biasanya sudah mempersiapkan diri dengan baik. Ada tim yang mendukung mereka, ada tim yang mengorganisir mereka, dan ada tim yang menyediakan berbagai jawaban jika dirinya mendapatkan serangan dari lawan politiknya.
Biasanya, rakyat yang punya hak pilih sudah memiliki preferensi sendiri-sendiri. Dan debat, seperti panggung umumnya, menyediakan ruang untuk bertepuk dan bersorak. Masing-masing bersorak untuk kandidat pilihannya, masing-masing bertepuk untuk calon yang sesuai dengan preferensinya. Kecuali tentu saja bagi rakyat yang punya hak pilih tapi belum memutuskan. Nah pada poin terakhir inilah debat mungkin menjadi panggung penting, dan bisa jadi menentukan, dalam menentukan kemenangan pada pemilu yang akan berlangsung dalam beberapa pekan ke depan.