Taman kota dan kursi tua jadi saksi bisu
Meninggalkan berjuta bercak kenangan
Gumpalan sunyi masih terlukis di dinding-dinding taman
Desir kerinduan kian deras menyusuri nadi
Asal kau tau saja,
Aku hanya sibuk berteman tetesan embun
Bersama secangkir kopi
Hingga senja luruh menjemput malam
Kesunyian pun kembali bersemayam di ruang kalbu
Aku masih menunggumu di sini
Menyisir wajah-wajah hilir mudik
Berharap engkau datang menjelma
Senyum sapa mengusir dahaga rindu
Berharap sebuah senyum terbit kembali
Meraih jemari ini yang kian kaku
Hingga kedua mataku berbinar lagi
Detak jantung berbaris rapi kembali
Berbilang hari, berbilang bulan, hingga tahun berganti
Aku masih di sini menunggumu
Berharap hadir tegur sapamu
Yang ternyata masih tercapit kebisuan
Aku masih saja di sini
Hanya ingin mendengar gema napasmu
Melantukan ayat-ayat suka cita
Hingga menggulung sunyi dalam kalbuku
Kikislah serpihan duka lara yang lama bertahta
Menggerogoti urat nadiku
Meski hanya beberapa saat
Kita akan bersama meludahi kenangan hitam
Sahabatku, entah kini di mana
Yang jelas, biarlah aku setia menunggumu
Hingga nuranimu tergugah
Mengembalikan lagi lembaran kebersamaan
(Sungai Limas, 1 Januari 2023)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H