Nama itu pernah terukir indah di hati
Tumbuh subur menghias hari-hari
Walau detik terus meluruh dimangsa waktu
Namun setia mengisi meski detak jantung memilu
Dulu, kita pernah bersama menghitung bintang
Melewati pagar-pagar malam kian meninggi
Kita bermandikan cahaya rembulan
Bersama mengeja malam hingga kantuk tak tertahan
Bersama mengusir derai tangis
Kita melukis asa pada dinding-dinding malam
Merangkai bait-bait kerinduan
Mengemis belas kasih sang pencipta alam
Bersama membasuh kenangan berdaki
Hingga tenggelam di kolam penyesalan
Ketenangan pun pelan menjalari tiap aliran nadi
Hingga tumbuh benih-benih rindu Tuhan kian berkecambah
Roda waktu terus berputar menggilas hari
Menyisakan tumpukan abu kalender
Hanya sunyi kini merayapi sanubari
Sedangkan desir angin terus berbisik lirih
Sabar dan biarkan kenangan itu sirna
Biarkan tenang dimakamkan dengan keikhlasan
(Sungai Limas, 24 April 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H