Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cangkir Kosong

4 Februari 2021   22:00 Diperbarui: 5 Februari 2021   05:43 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: pixabay.com

Malam berkabar ada sebuah pesta perjamuan
Diiringi gemulai harmoni angin menari-nari
Ramai tamu datang siap menikmati
Aneka hidangan tersaji di nampan-nampan gelak tawa

Tak terkecuali pada sebuah cangkir
Sejak tadi telah terisi penuh
Tangan-tangan silih berganti
Pelenyap dahaga dalam tegukan demi tegukan

Seiring detik-detik yang meluruh
Isi cangkir kian menyusut
Tanpa tangan peduli iba mengisi
Cangkir tetap tersenyum
Meski harus memasung rintih

Silih berganti pengunjung mendekati, lalu mereguk
Hingga di tetes terakhir
Tinggallah sebuah cangkir kosong
Teronggok sunyi di sudut pesta

Cangkir kosong tersudut pasrah
Tanpa harus mengemis kasih
Hanya ikhlas merimbuni kalbu
Penyejuk kalbu pengusir lara

Perjamuan mendekati ujung garis malam
Cangkir kosong tetap setia menemani
Meski pasrah di tangan penyingkir
Hingga jatuh dan pecah tersia berserakan

Memakamkan sembilu tangis
Meski ia masih berharap
Ada setitik kebaikan yang bisa di kenang
Setidaknya, pernah terekam di ruang ingatan pengunjung perjamuan

(Sungai Limas, 4 Februari 2021)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun