Biarlah.
Debu perjalanan akan menghapus jejak purba. Tinggal gundukan sunyi di pepasir pantai paristiwa. Tertutup debur ombak menderu pelan.
Biarlah.
Seonggok kenangan tertulis bisu pada lembaran usang. Jadi renungan dalam sanubari, untuk mawas diri.
Biarlah.
Semesta luka pernah menggores hati, dan mata pedih berkaca. Pikiran berkecamuk dalam bungkusan gelisah, gundah menjelma.
Biarlah.
Berbulan lamanya dirantai ego. Melumat rindu untuk sanak saudara. Demi kebaikan kita semua.
Biarlah.
Hujan menderu basahi asa yang terdinding oleh pagar pagar malam. Api rindu redup pelan ditiup angin yang menyapa sendu.
Biarlah sudah. Deretan peristiwa itu telah purna. Tersaji rapi dalam catatan usang, luruh bersama himpunan aksara hari masa lalu.
Songsonglah mentari pagi sampaikan asa pengobar semangat baru. Tataplah jalan lurus ke depan. Hiasilah lembaran baru dengan taburan kebaikan.
Panjatkanlah setumpuk do'a penyejuk hati, penggetar langit. Awal pagi besok adalah penghulu hari. Jum'at berkah pembawa rahmat Tuhan. Tetapkan diri dalam iman  dan kesabaran, untuk hadapi masa penuh tantangan.
(Sungai Limas, 31 Desember 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H