Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ranting-ranting Jatuh Ikuti Daun Luruh

21 April 2020   10:20 Diperbarui: 21 April 2020   14:22 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ranting-ranting Jatuh Ikuti Daun Luruh

Mulai berserakan
Dari kamar ke kamar
Dari balik pintu ke balik pintu lain
Bukan dimakan ulat menggerogoti paru-parunya
Tapi cacing menggigit usus perutnya
Cacing lemas
Air galon membuatnya bertahan
Hanya bernapas

Tangan mulai meraih-raih
Meminta bantuan
Dalam kecurigaan
Dan petuah haram memberikan
Dibalik tipuan adegan
Mereka jauh bersama daun yang luruh

Tak ayal lagi
Mulut-mulut besar seakan peduli
Membombardir adegan untuk keuntungan
Lewat alunan lagu
Mengharu biru
Terbang memenuhi langit yang perlahan kelam
Sekali lagi!
Mereka hanya mengambil keuntungan
Sementara yang lapar tetap kelaparan
Yang sakit tetap kesakitan
Alangkah kejam!
Di mana rasa kemanusiaan
Ranting jatuh berserak semakin berserak

(Sungai Limas, 21 April 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun