Terikat dan Tergantung
Mengapa aku harus terikat?
Kedua tangan pada barang dipangkuan
Mata tak pernah mau diminta menatap dan memperhatikan lainnya
Bersama teman, kau lebih dari sekedar teman
Apa istmewanya sih kamu?
Kekasih bukan
Istri apalagi, tapi lebih dekat dan lebih disayangi
Kadang aku benci
Ingin segera kau pergi
Hidupku perlahan mulai tersakiti
Tidur terganggu karena suaramu
Bangun pagi
Dirimu pertama aku cari
Salahku apa coba?
Candu sih, tak masalah
Kalau kelewatan semua jadi susah
Kemana-mana kau harus ada
Diam kau jadi teman setia
Benarkah aku manusia?
Ketergantungan harusnya tak menyengsarakan
Tapi ini kedua-duanya
Ketergantungan iya
Menyengsarakan juga
Pernah sekali waktu, seharian kamu aku tinggalkan
Kucoba mencari kesibukan
Sehari memang bisa
Sayangnya
Pekerjaan tergantung padamu
Pertemanan apalagi
Katanya sih buat silaturrahmi
Silaturrahmi apa?
Duduk berdua, diam-diaman saja
Saling membungkuk tak saling tegur sapa
Mau bercanda,
Dengan siapa?
Memangnya enak bercanda dengan boneka
Atau hanya layar kaca
Nyatanya aku melakukannya
Nyatanya siangku terikat dengannya
Malam juga
Apakah begini zaman berganti
Apakah silaturrahmi tak mengenalkan jarak?
Sepertinya tidak!
Lagi-lagi,
Ketika tengah malam tiba aku selalu bertanya
Kapan aku bisa terbebas olehmu?
Atau makin terikat dan tergantung
Tapi aku bukan kelelawar
Tidur menggantung
Bangun menggantung
Hanya ketika terbang ketergantungan hilang
Aku manusia, Kawan
Telah diperbudak peralatan
Kamu?
Bagaimana kabarmu?
Sama dengan akukah?
(Sungai Limas, 15 April 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H