Bagaikan mimpi mendengar kabar beritamu, rasa tak percaya menghinggapi ruang pikiranku. Bagai petir menyambar diterik mentari, membisikkan sebuah nama baru saja kembali.
Sang pengelana diksi tlah kembali! Seketika alam berduka, dan lemah luruh segenap raga. Tak terasa butiran bening mengalir di sudut mata, mulut kelu diam seribu basa. Wajah tertunduk seketika, sukma pun tak mampu berkata.
Masih terbayang diruang sukmaku, segenap kenangan menggenangi hingga menyesakkan rongga dada. Didinding sukmaku tertulis namamu Erin, dan tergores barisan diksi indah penuh warna.
Kini sang pengelana diksi tlah kembali. Biarkan kutengok berandamu lagi, tuk mengenang rentetan diksi penghias hari. Kami hanya bisa antar untaian bunga-bunga do'a penghias indah kuburmu.
Kembalilah kepangkuan-Nya penuh senyum merona. Biarlah peluk rindu-Nya kan menenangkanmu, karena ku yakin bahagia pasti menantimu disana.
(Sungai Limas, 25 Februari 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H