Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Semilir Angin Bertiup di Pucuk Randu

3 Januari 2020   22:11 Diperbarui: 3 Januari 2020   22:17 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semilir Angin Bertiup Di Pucuk Randu

Ketika semilir angin bertiup di pucuk randu
Seharusnya pucuk randu sadar
Kesejukkan coba goyangkan biji-biji kemudian menjatuhkannya
Dari biji itu, tumbuh randu-randu baru
Dalam semaian kasih sayang
Lalu perlahan menggantikan

Mengapa malah kau berkata:
Aku hanyalah penggenap
Padahal kau tau, sebelum aku hadir
Kau adalah ganjil
Aku hanyalah pelengkap
Padahal kau tau, sebelum aku hadir
Kau adalah kurang
Aku hanyalah pemanis
Padahal kau tau, sebelum aku hadir
Kau adalah pahit

Tidakkah kau sadari, tanpa semilir angin
Randu akan tumbuh dalam cangkangnya
Bagaimana ia melanjutkan generasinya?

Kemudian aku hadir sebagai semilir angin
Sementara kau hanya menganggapku semilir angin yang lewat
Menerpa sebentar kemudian lenyap

Seperti halnya,
Biji randu yang jatuh
Hadirku sebagai penggenap, pelengkap dan pemanis

Suatu ketika, kepergianku akan membuatmu terluka
Entah kau sadari atau pura-pura lupa

(Sungai Limas, 3 Januari 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun