Semilir Angin Bertiup Di Pucuk Randu
Ketika semilir angin bertiup di pucuk randu
Seharusnya pucuk randu sadar
Kesejukkan coba goyangkan biji-biji kemudian menjatuhkannya
Dari biji itu, tumbuh randu-randu baru
Dalam semaian kasih sayang
Lalu perlahan menggantikan
Mengapa malah kau berkata:
Aku hanyalah penggenap
Padahal kau tau, sebelum aku hadir
Kau adalah ganjil
Aku hanyalah pelengkap
Padahal kau tau, sebelum aku hadir
Kau adalah kurang
Aku hanyalah pemanis
Padahal kau tau, sebelum aku hadir
Kau adalah pahit
Tidakkah kau sadari, tanpa semilir angin
Randu akan tumbuh dalam cangkangnya
Bagaimana ia melanjutkan generasinya?
Kemudian aku hadir sebagai semilir angin
Sementara kau hanya menganggapku semilir angin yang lewat
Menerpa sebentar kemudian lenyap
Seperti halnya,
Biji randu yang jatuh
Hadirku sebagai penggenap, pelengkap dan pemanis
Suatu ketika, kepergianku akan membuatmu terluka
Entah kau sadari atau pura-pura lupa
(Sungai Limas, 3 Januari 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H