Seperti apa hujan air mata?
Banjir menggenang hampir di seluruh kota
Salah dan menyalahkan
Kesedihan dan bala bantuan
Hadir dalam waktu bersamaan
Hujan deras kemudian banjir melanda, bukankah itu kehendak Yang Kuasa?
Seperti itu kata manusia
Jika hujan datang tak seperti biasa, seharusnya kita mulai bertanya: ada apa dengan hujan?
Bukankah baru saja kita mengeluh pada musim kemarau yang panjang,
Sumur mengering dan sungai yang airnya kehitam-hitaman,
Antrian jerigen di pinggir jalan hingga bermeter-meter panjangnya?
Mungkinkah kita lupa?
Kau minta hujan datang,
Lalu hujan diturunkan
Kau minta langit terang, lalu kemarau datang
Maumu sebenarnya apa?
Hujan atau kemarau?
Kita memang terlalu banyak permintaan,
Hingga lupa memberikan
Jadi jangan salahkan hujan!
Jangan salahkan banjir menggenang!
Salahkanlah air mata yang sering kau lupa!
Hujan air mata saja tak cukup membasuh dosa-dosa.
(Sungai Limas, 2 Desember 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H