Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Biarkan Kusesali Kesalahan Itu

12 Mei 2019   23:31 Diperbarui: 13 Mei 2019   10:29 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata sering tak berkedip memandang layar gawai, demi menanti balasan seseorang di sana. Mata sering tak bisa terpejam menanti tegur sapa seseorang di seberang sana.

Celoteh lidah tak mampu direda. Sungguh terbuai kata berselaput madu menggoyang benteng jiwa. Hingga lupa, kapan mentari redup dan kapan bunga kembali bermekaran.

Berhari, berminggu, dan berbulan telah dilalui. Jala-jala rindu perlahan menjalar dan mengikat erat hingga ke palung sukma. Siap diangkat kepermukaan sayang oleh sang pengail cinta.

Namun segera disadari, jala-jala rindu itu sungguh menyesatkan. Sampan asmara pengail cinta berhias rangkaian mawar hanyalah sebuah kamuflase. Apa daya tak bisa beranjak lagi, ternyata hati ini telah terjerat dan tertawan di sana. Menyisakan bilur-bilur penyesalan mendalam.

Biarkan saja kusesali segenap kesalahan itu, meski hampir dianggap terlambat. Lebih baik menyesali dan niat tak mengulangi lagi, daripada pasrah dan tak merasa bersalah.

Kusesali kejahilan itu, meski kau anggap hanyalah kekonyolan rasa. Biarkan kuisi hari-hariku kini, habiskan waktu mendekat kepada-Nya. Tumpah ruah jiwa dan raga, demi mengais butiran-butiran cinta kasih-Nya.

(Sungai Limas, 12 Mei 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun